RADAR JABAR - Pertemuan lima tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) dengan Presiden Israel, Isaac Herzog, menuai kritikan dari berbagai kalangan, termasuk netizen.
Dalam sebuah unggahan di akun Instagram @zenmaarif, tampak lima pemuda NU berfoto bersama Isaac Herzog.
Zen Maarif, salah satu anggota kelompok tersebut, menyatakan dalam postingannya bahwa dirinya bukan seorang demonstran melainkan seorang filsuf-agamawan.
"Saya bukan demonstran, melainkan filsuf-agamawan. Alih-alih demonstrasi di jalanan dan melakukan biokot, saya lebih suka berdiskusi dan mengungkap gagasan," tulis akun instagram @zenmaarif.
Unggahan yang dibagikan ulang oleh akun @ismailfahmi mendapat respons negatif dari netizen. Dalam unggahan tersebut, netizen mempertanyakan mengapa lima tokoh muda Nahdlatul Ulama merasa bangga bertemu dan berfoto dengan Presiden Israel.
“Kok bisa bangga dengan berfoto seperti ini ya? Apakah tidak bisa membaca strategi yang sedang dijalankan oleh presiden Israel?” tulisnya.
BACA JUGA:Jejak Digital Menkominfo Budi Arie Setiadi Terbongkar, Pernah Main Judol dan Pro Zionis Israel
Narasi dari @zenmaarif juga memicu tanggapan dari netizen yang meragukan apakah suara mereka akan didengar, mengingat PBB saja diabaikan oleh Israel terkait serangannya ke Gaza yang menewaskan ratusan ribu orang.
“Jika ICJ dan PBB aja ndak digubris sama Israel, lalu dialog apa yang diharapkan dari 5 orang perwakilan ini untuk mendukung Palestina, kalau bukan untuk agenda komunikasi publik Israel di negara mayoritas muslim?” tulis akun X @ismailfahmi.
Bahkan netizen lain mengomentari bahwa apa yang terjadi di Gaza Palestina bukanlah Israel vs Hamas, tapi adalah penjajahan.
“Di gambar, kok Israel vs Hamas sih? Ini adalah Penjajah vs Terjajah. Israel vs Palestina. Dan menuju pada Israel vs Everybody,” tulis akun @Emtezet yang merupakan M Taufik Zoelkifli Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta 2019 – 2024.
Netizen lain mengomentari bahwa lima tokoh muda Nahdlatul Ulama diundang dengan dana besar dan masing-masing dibayar oleh Israel.
“Mereka diundang itu pakai dana besar. Tiap orang dibayar, organisasinya pun dibayar. Penerbangan ke sana juga tidak direct, mereka harus ke Singapura atau Australia dulu.Intinya, mereka rela ‘dibeli’. Harga diri mereka sebatas rupiah,” tulis akun @immankfsyah yang ikut mengomentari.
BACA JUGA:Apa Itu Virus West Nile yang Kini Melanda Israel, Lebih dari 150 Warga Terpapar
“Mereka berlima ngerasa lebih dari menlu kita Bu Retno. ‘Alih-alih melakukan pemboikotan’, boykot dan demo tentang genosida ini tentang keberpihakan. Gak ada yang abu-abu dalam pembunuhan rakyat sipil”, tambah akun X @nayasyahrazz.