BACA JUGA:5 Negara dengan Kekayaan Alam Paling Melimpah di Dunia
Di daerah tropis, negara-negara tertinggal dalam teknologi, terutama di bidang pertanian, karena kurangnya inovasi dibandingkan dengan negara-negara di daerah dingin. Negara-negara di daerah dingin telah mengembangkan teknologi pertanian lebih cepat karena kebutuhan akan hasil panen yang tinggi.
Sementara itu, negara-negara tropis cenderung kurang meningkatkan teknologi pertanian karena kondisi iklim yang lebih mendukung pertanian, sehingga mereka kurang terpacu untuk berinovasi. Hal ini menyebabkan ketimpangan dalam pembangunan teknologi antara kedua daerah tersebut.
Populasi dunia telah berkembang pesat dalam dua abad terakhir, dengan negara-negara yang memiliki teknologi pertanian canggih lebih mudah mempertahankan populasi mereka. Namun, negara-negara di daerah tropis kesulitan untuk memenuhi kebutuhan penduduknya yang semakin membludak.
Hal ini bisa dilihat dari fakta bahwa 12 negara dengan sektor teknologi pertanian terbesar dan paling maju tidak ada satupun yang terletak di daerah tropis, dengan tiga teratas adalah Amerika Serikat, Inggris Raya, dan Kanada.
Dilansir dari National Bureau of Economic Research, penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 1700, PNB per kapita di wilayah tropis kira-kira 70% dari PNB di zona beriklim sedang. Namun, pada tahun 1992, PNB per kapita di daerah tropis hanya 25% dari PNB per kapita di daerah beriklim sedang.
PNB atau Produk Nasional Bruto digunakan untuk mengukur nilai keseluruhan dari semua barang dan jasa yang diproduksi oleh penduduk suatu negara dalam suatu periode waktu tertentu dan merupakan salah satu indikator utama dalam mengevaluasi kesejahteraan ekonomi suatu negara.
BACA JUGA:9 Negara yang Menolak Palestina Merdeka, Ada Tetangga Indonesia
Terlihat jelas bahwa titik balik antara negara-negara beriklim sedang atau dingin dengan negara-negara beriklim hangat atau panas terjadi ketika teknologi dan inovasi mulai dikembangkan. Saat negara-negara dingin mulai mengumpulkan kekayaan, tantangan ekonomi selanjutnya lebih mudah untuk diselesaikan.
Sebaliknya, negara-negara di daerah hangat kewalahan memenuhi kebutuhan pokok penduduknya. Jadi, ketika masalah lain muncul, hal tersebut hanya menambah beban bagi negara dan kemiskinan semakin menghantui.
Misalnya, terdapat berbagai penyakit di daerah tropis termasuk malaria, demam berdarah, dan demam kuning yang tidak ditemukan di daerah dingin. Secara historis, penyakit seperti ini telah membunuh banyak orang.
Bahkan dengan kemajuan dalam pengobatan modern, banyaknya penyakit yang menimpa masyarakat di daerah tropis adalah alasan utama mengapa mereka kesulitan untuk berkembang dan banyak di antara mereka tetap miskin.
Selain itu, cuaca ekstrem yang menimbulkan badai, topan, banjir, dan kekeringan dapat menyebabkan kerusakan besar pada rumah-rumah penduduk, tempat usaha, dan pertanian, sehingga menghambat pembangunan ekonomi mereka.
Meskipun suhu dan iklim hangat atau panas sering menjadi hambatan pertumbuhan ekonomi, ada beberapa negara di daerah hangat yang masuk dalam daftar negara kaya, seperti Qatar, Arab Saudi, dan Singapura. Hal ini menunjukkan bahwa faktor lain, seperti sumber daya manusia (SDM), juga sangat mempengaruhi ekonomi suatu negara.