Setelah diteliti lebih lanjut, kaca yang ditemukan juga mengandung kristal zirkonium, yang hanya bisa terbentuk akibat terpapar suhu di atas 4000 derajat Celsius.
Lapisan tembikar yang meleleh dan berubah menjadi kaca ini hanya memiliki ketebalan 1 mm, menunjukkan bahwa paparan panas ekstrem terjadi dalam waktu yang sangat singkat.
Para ilmuwan memperkirakan bahwa tembikar itu terpapar gelombang dengan suhu antara 8.000 hingga 12.000 derajat Celsius dalam waktu kurang dari beberapa milidetik.
Temuan lain yang mengejutkan adalah batu berbobot 600 gram yang sebenarnya terbentuk dari tiga batu yang meleleh karena panas ekstrem. Di permukaan batu itu juga ditemukan lapisan kaca yang mengandung kristal zirkonium.
Petunjuk terakhir yang menarik adalah mengapa kawasan tersebut tidak lagi dihuni manusia selama 700 tahun setelah bencana itu terjadi. Jawabannya ditemukan di bawah tanah Tall el-Hammam. Hasil penelitian geokimia terhadap lapisan tanah di daerah itu menunjukkan adanya lapisan sulfat dan garam yang cukup tebal.
Sulfat dan garam ini diyakini berasal dari Laut Mati yang berbatasan dengan Middle Ghor. Laut Mati adalah danau raksasa di antara Yordania dan Palestina yang terkenal dengan kandungan garamnya yang sangat tinggi, sehingga orang bisa mengapung jika berenang di sana.
BACA JUGA:Kisah Nabi Khidir, Apakah Keturunan Firaun? Ketahui Silsilah Lengkapnya
Silvia dan Collins menyatakan bahwa akibat gelombang panas berkekuatan tinggi, lapisan garam di bawah permukaan Tall el-Hammam terangkat ke atas dan memenuhi permukaan tanah. Akibatnya, tanah pertanian rusak dan tidak bisa ditanami tumbuhan selama ratusan tahun.
Tall el-Hammam bukan satu-satunya tempat di dunia yang pernah mengalami gelombang panas akibat ledakan meteor. Ledakan serupa terjadi di Tunguska, Rusia, pada tahun 1908, dan di Chelyabinsk pada Februari 2013. Namun, ledakan meteor di Tall el-Hammam jauh lebih dahsyat dibandingkan kedua peristiwa tersebut, setara dengan ledakan senjata nuklir berdaya ledak 10 Megaton TNT.
Menurut Christopher Moore, seorang arkeolog dari University of South Carolina, jika ledakan itu disebabkan oleh meteor yang jatuh, biasanya akan ditemukan kawah bekas ledakan di daerah tersebut.
Namun, para arkeolog tidak menemukan kawah tersebut, yang menyebabkan spekulasi bahwa meteor meledak di langit, bukan di permukaan bumi, sekitar 4 kilometer di atas kota Sodom.
Ledakan ini memiliki kekuatan 1000 kali lebih besar dari bom Hiroshima pada saat itu, sehingga menyebabkan benda-benda seperti pakaian, kayu, pedang, dan tombak meleleh dan mencair akibat suhu panas yang ekstrem.
Namun, dari hasil temuan ini, para arkeolog skeptis dan menolak pandangan bahwa kehancuran kota Sodom adalah hukuman atas perilaku homoseksual seperti yang terdapat dalam kitab suci agama Samawi.
BACA JUGA:Kisah Qarun yang Tenggelam Bersama Harta Kekayaannya, Koruptor Zaman Nabi Musa
Mereka menganggapnya sebagai bencana alam yang mengarah pada kehancuran total, yang kemudian memicu munculnya kisah-kisah dongeng. Mereka memandang apa yang awalnya dianggap sebagai karya Tuhan sebenarnya adalah peristiwa alam biasa.
Temuan dari para arkeolog ini memberikan gambaran yang jelas tentang betapa hancurnya kota Sodom pada saat itu. Namun, pendapat mereka bahwa ini bukan azab dari Allah SWT tidak dapat diterima, karena Al-Qur'an telah lama menjelaskan tentang bencana tersebut jauh sebelum para arkeolog melakukan penelitian.