RADAR JABAR - Paul Craig Roberts, selaku mantan Asisten Menteri Keuangan Amerika Serikat, menyatakan bahwa negara-negara Barat benar-benar terlibat dalam konflik yang sedang berlangsung di Ukraina dan turut memperluasnya.
Dalam wawancaranya dengan Sputnik yang merupakan kantor media dan layanan radio Rusia pada Jumat (31/5), Roberts menekankan bahwa keterlibatan Barat dalam konflik Ukraina telah meningkat sejak awal, dengan negara-negara Barat yang mengirimkan berbagai jenis senjata ke Ukraina, meskipun sebelumnya mereka menyatakan tidak akan melakukannya.
BACA JUGA:PBB Gelar Upacara Penghormatan untuk Mendiang Presiden Iran
“Intervensi militer terbatas yang dilakukan (Presiden Rusia) Putin secara perlahan memungkinkan negara-negara Barat terlibat sepenuhnya dalam konflik sehingga memperluas perang,” ujarnya.
Roberts juga mengomentari pengumuman terbaru dari Amerika Serikat, di mana Presiden Joe Biden menyetujui serangan Ukraina menggunakan senjata yang dipasok AS untuk membalas serangan di wilayah Kharkiv, Ukraina.
Menurutnya, tidak ada alasan bagi Washington untuk mengirimkan rudal jarak jauh ke Ukraina kecuali untuk mencapai target yang jauh, karena rudal tersebut bukanlah senjata yang dirancang untuk medan perang biasa.
BACA JUGA:Trump Terbukti Bersalah atas 34 Dakwaan Terkait Pembayaran Uang Tutup Mulut
“Jika rudal-rudal tersebut tidak dimaksudkan untuk digunakan sesuai tujuannya, mengapa memberikannya kepada Ukraina?,” ujarnya.
Lebih lanjut, Roberts menyatakan bahwa meskipun Rusia telah berhasil dalam membebaskan Donbas, tujuan Barat tidak berhenti di sana. Menurutnya, Putin telah memenangkan versinya dari perang, yaitu pembebasan Donbas, tetapi versi perang Washington tidak terbatas pada Donbas.
BACA JUGA:Amerika Serikat Tegaskan Kembali Komitmen Untuk Hentikan Perang Gaza
“Jika Putin tidak segera menggunakan kekuatan yang diperlukan untuk segera mengakhiri konflik, ia akan dihadapkan pada pasukan NATO di Ukraina Barat dan bergabungnya Ukraina di sebelah barat Dnieper ke dalam NATO dengan pangkalan rudal nuklir di perbatasan Rusia yang diperluas,” ujarnya.
Sejak Rusia melancarkan operasi militer khusus pada Februari 2022, Ukraina telah menerima bantuan berupa sumbangan dan pinjaman senilai miliaran dolar AS dari sekutunya. Amerika Serikat sendiri telah memberikan lebih dari 100 miliar dolar AS (sekitar Rp1.624 triliun) dalam bentuk bantuan militer, ekonomi, dan kemanusiaan.
Menanggapi situasi tersebut, Rusia berulang kali memperingatkan negara-negara yang memasok senjata ke Ukraina bahwa mereka menganggap pengiriman bantuan militer sebagai sasaran yang sah.*