RADAR JABAR - Hamas merespons pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengenai permintaan gencatan senjata di Jalur Gaza, yang dikaitkan dengan pembebasan sandera oleh Hamas.
Hamas mengkritik keras Biden atas pernyataannya, menilainya sebagai langkah mundur dalam upaya perundingan gencatan senjata.
"Kami mengutuk sikap Presiden AS ini, kami menganggapnya sebagai kemunduran dari hasil perundingan putaran terbaru, yang mengarah pada persetujuan gerakan ini terhadap proposal yang diajukan para mediator," demikian pernyataan Hamas, dilansir AFP dan Al Arabiya, Senin (13/5).
Pada Sabtu (11/5/2024) waktu setempat, Presiden AS, Joe Biden, menyampaikan pernyataannya yang kemudian dikritik oleh Hamas.
BACA JUGA:PBB Minta Gencatan Senjata, Hamas Setujui, Tapi Israel Tetap Bebal Serang Rafah
Pernyataan tersebut dilakukan saat Biden menghadiri acara penggalangan dana untuk kampanye pilpres di luar Seattle, Washington, di rumah seorang mantan eksekutif Microsoft.
Biden memberikan komentar mengenai perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, setelah sebelumnya menghindari topik tersebut dalam tiga acara serupa pada Jumat (10/5) sebelumnya.
Dalam pernyataannya, Biden menyatakan bahwa gencatan senjata dalam konflik Israel-Hamas mungkin akan terjadi "besok" jika Hamas membebaskan para sandera yang ditahan sejak serangan pada 7 Oktober tahun lalu.
"Akan ada gencatan senjata besok jika Hamas membebaskan para sandera," ucap Biden.
BACA JUGA:Netanyahu Nyatakan Bahwa Tuntutan Hamas Gencatan Senjata Tidak Dapat Diterima
"Israel mengatakan terserah pada Hamas, jika mereka menginginkannya, kita bisa mengakhirinya besok. Dan gencatan senjata akan dimulai besok," kata sang Presiden AS itu saat berbicara di hadapan sekitar 100 orang yang hadir dalam acara tersebut.
Biden mengeluarkan pernyataan tersebut setelah sebelumnya memberikan ancaman kepada Israel bahwa AS dapat menghentikan pasokan senjata, khususnya peluru artileri, jika Israel terus mengirimkan pasukan darat dalam jumlah besar untuk invasi ke Rafah, di bagian selatan Jalur Gaza.
Meskipun ada upaya perundingan antara Israel dan Hamas mengenai gencatan senjata serta kesepakatan pertukaran sandera-tahanan Palestina, yang diselenggarakan oleh Mesir, Qatar, dan AS, terlihat terhenti akibat aksi militer Tel Aviv di Rafah.
Hamas menyalahkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa tindakan serangan terhadap Rafah seolah-olah membatalkan perundingan dengan cepat.
BACA JUGA:Tanggapan Hamas Soal Gencatan Senjata di Gaza Setelah Dihalangi Amerika Serikat