Zigurrat, misalnya, bukan hanya bangunan yang religius, tetapi juga menampilkan kemajuan teknis dalam konstruksi, dan bisa dilihat sebagai simbol kemajuan teknologi yang diberikan oleh Anunnaki kepada manusia.
Anunnaki dalam Berbagai Mitologi
Dalam aspek keagamaan, Anunnaki menduduki posisi puncak dalam panteon Dewa Sumeria. Setiap kota memiliki Dewa pelindungnya sendiri yang merupakan bagian dari kelompok Anunnaki.
Warga kota akan membangun kuil-kuil megah dan mengadakan festival serta ritual untuk menghormati Dewa mereka. Melalui ritual-ritual ini, mereka berusaha mendapatkan keberkahan dan perlindungan dari bencana alam serta masalah lainnya.
Salah satu aspek yang paling menonjol dalam kisah Anunnaki adalah mitos penciptaan manusia. Menurut teks-teks Sumeria, Anunnaki menciptakan manusia sebagai hamba untuk membantu mereka dalam berbagai tugas, terutama pertambangan mineral berharga seperti emas.
Dalam mitos ini, Enki, yang dikenal sebagai Dewa kebijaksanaan, menciptakan manusia dari tanah untuk membantu dewa-dewa dalam tugas-tugas mereka di bumi, terutama dalam mengelola sumber daya alam dan pertanian.
Cerita lain yang penting adalah tentang banjir besar, yang juga muncul dalam mitologi dan teks-teks agama di banyak budaya kuno. Dalam versi Sumeria, Dewa Enlil yang merasa terganggu oleh kebisingan yang diciptakan oleh manusia memutuskan untuk memusnahkan umat manusia dengan banjir besar.
Namun, Enki merasa kasihan dan memberitahu Utnapishtim untuk membangun kapal yang akan menyelamatkan keluarganya dan berbagai spesies hewan. Dalam Islam, kisah banjir besar ini dikenal pada era Nabi Nuh AS.
Pengaruh Anunnaki juga terasa dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Sumeria, mulai dari hukum yang berlaku hingga praktik ekonomi. Semua aspek kehidupan dipengaruhi oleh norma-norma dan kebijakan yang diyakini berasal dari kehendak Anunnaki.
Bahkan seni dan sastra Sumeria sering menampilkan Anunnaki sebagai tema utama, menunjukkan kedalaman pengaruh mereka dalam budaya dan kesadaran kolektif masyarakat Sumeria.
Setelah kejatuhan Sumeria, cerita tentang Anunnaki tidak hilang begitu saja. Sebaliknya, mitos ini menyebar dan berkembang, mempengaruhi berbagai peradaban kuno di Timur Tengah, dari Babilonia hingga Asyiria, dan bahkan mencapai peradaban Hitite dan Hurian. Pengaruh Anunnaki terasa dalam berbagai aspek kebudayaan dan keagamaan.
Salah satu contoh yang paling signifikan dari pengaruh Anunnaki adalah dalam mitologi Babilonia. Banyak Dewa yang awalnya merupakan bagian dari panteon Sumeria diadaptasi ke dalam kepercayaan Babilonia dengan sedikit modifikasi.
Misalnya, Enlil dan Enki, dua Dewa Anunnaki yang sangat penting dalam kepercayaan Babilonia, meskipun nama dan aspek-aspek tertentu dari karakter mereka mungkin telah diubah atau digabungkan dengan dewa-dewa lokal.
Asyiria, sebagai penerus langsung Sumeria dan Babilonia dalam hal geografis dan kebudayaan, juga mempertahankan banyak elemen dari mitologi Anunnaki. Dewa-dewa seperti Ishtar dan Asyur menunjukkan karakteristik yang bisa ditelusuri kembali ke Anunnaki.
BACA JUGA:Kerangka Makhluk Purba Ditemukan Utuh di Sumedang, Kura-Kura Jutaan Tahun Silam
Lebih jauh lagi, mitos Anunnaki juga hadir dalam peradaban Hurian dan Hitite. Di Hurian, Anunnaki diinterpretasikan ulang sebagai kelompok Dewa yang disebut sebagai "Kumarbi Cycle", yang menceritakan tentang dewa-dewa dengan kekuatan besar dan kisah-kisah tentang penciptaan serta konflik antar Dewa.
Penyebaran cerita tentang Anunnaki dari satu peradaban ke peradaban lainnya seringkali terjadi melalui jalur perdagangan dan interaksi budaya. Pedagang, penjelajah, dan diplomat membawa cerita-cerita ini sebagai bagian dari budaya mereka, yang kemudian diadaptasi sesuai dengan kebutuhan dan kepercayaan lokal.