RADAR JABAR - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi telah menyiagakan puluhan petugas satuan tugas (satgas) penanggulangan bencana sebagai langkah antisipasi terhadap bencana hidrometeorologi yang mungkin terjadi akibat cuaca ekstrem.
"Setiap hari BPBD menugaskan delapan personel satgas siaga 24 jam ditambah empat personel cadangan untuk tambahan saat kondisi darurat di lapangan serta ditambah tim evakuasi, sehingga total personel satgas yang disiagakan sebanyak 25 orang," ujar Kepala Pelaksana BPBD Kota Sukabumi, Novian Rahmat, di Kantor BPBD Kota Sukabumi pada hari Rabu (28/2).
Novian menyatakan bahwa Kota Sukabumi dalam beberapa pekan terakhir sering kali mengalami cuaca ekstrem, yang ditandai dengan hujan deras, angin kencang, dan petir. Kondisi tersebut meningkatkan risiko terjadinya bencana alam seperti angin puting beliung, longsor, dan banjir.
BACA JUGA:KPU Karawang Mulai Proses Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilu
Seperti saat terjadi bencana angin puting beliung di Kecamatan Cibeureum belum lama ini, puluhan personel satgas penanggulangan bencana langsung dikerahkan untuk melakukan berbagai tindakan mulai dari asesmen, evakuasi, hingga penyelamatan.
Langkah-langkah ini bertujuan untuk meminimalkan dampak dari bencana, baik kerugian materi maupun risiko terhadap jiwa dan luka-luka. Novian juga menekankan bahwa BPBD bekerja sama dengan relawan dari berbagai komunitas dan lembaga seperti Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Sukabumi dalam upaya penanggulangan bencana.
"Antisipasi dan penanggulangan bencana tidak bisa dilakukan sendiri oleh BPBD, tapi harus ada kerja sama dengan pihak lain untuk meminimalkan dampak dari bencana," tambahnya.
BACA JUGA:Penilaian Terhadap Pleno PPK Sumedang Utara Diperdebatkan: Dugaan Manipulasi Suara Jadi Sorotan
Novian juga menyoroti pentingnya peran masyarakat dalam upaya mitigasi bencana, seperti memantau kondisi lingkungan mereka dan mengenali tanda-tanda yang mengindikasikan potensi terjadinya bencana. Ia juga menekankan pentingnya menjaga lingkungan sekitar, termasuk sungai, irigasi, dan drainase, dengan membersihkan sumbatan secara cepat jika ditemukan sampah sebagai penyumbatnya.
Selain itu, upaya pemeliharaan dan penataan pohon serta menghindari pembangunan di daerah rawan longsor juga menjadi hal yang disarankan oleh Novian. Pihaknya mengimbau agar masyarakat memperhatikan kondisi lingkungan sekitar mereka secara terus-menerus, bukan hanya bereaksi setelah terjadi bencana, demi meningkatkan kesadaran akan pentingnya mitigasi bencana.*