Pertama, terjadinya perang-perang antara Muslim sendiri menyebabkan banyak korban jiwa dan kehancuran, seperti perang Jamal dan perang Shiffin, yang mengakibatkan ribuan orang tewas dan menyebabkan penderitaan bagi umat Muslim.
Kedua, perpecahan ini melemahkan persatuan umat Muslim secara keseluruhan, membuat mereka rentan terhadap ancaman dari luar.
Ketiga, perpecahan ini juga memberikan kesempatan bagi kekuatan politik dan pihak-pihak eksternal untuk memanfaatkan situasi dan memperoleh keuntungan politik atau kekuasaan.
Dengan demikian, perpecahan dan konflik yang dipicu oleh ulama su’ pada masa itu telah berdampak negatif bagi umat Muslim.
BACA JUGA:7 Wisata Religi Islam di Indonesia, Bisa Berziarah dan Menambah Pengetahuan!
Kerugian dan penderitaan akibat perang-perang, pelemahan persatuan, dan pemanfaatan situasi oleh kekuatan politik lainnya menjadi pelajaran penting tentang pentingnya menjaga persatuan dan menghindari perselisihan yang berpotensi merusak keutuhan umat Muslim.
Ulama su’ di Akhir Zaman
Pada akhir zaman, penting bagi umat Islam untuk mewaspadai bahaya ulama su’ yang dapat menyebabkan kerusakan dalam masyarakat. Ulama terdahulu telah memberikan peringatan dan nasihat yang berharga mengenai masalah ini. Mereka menekankan pentingnya menjaga keaslian ajaran Islam dan menghindari pengaruh negatif dari ulama yang keliru dalam pemahaman agama.
Ulama terdahulu menegaskan bahwa tidak semua orang yang mengklaim sebagai ulama adalah otomatis memiliki otoritas dan kebenaran dalam pemahaman agama.
Mereka menekankan pentingnya menguji pengetahuan, integritas, dan kesesuaian ulama dengan prinsip-prinsip Islam yang benar. Mereka juga menyarankan agar umat Islam mengacu pada ulama yang memiliki reputasi baik, keilmuan yang kuat, dan konsistensi dalam ajaran Islam.
Dalam masyarakat saat ini, ada beberapa tanda-tanda yang dapat membantu mengenali ulama yang dapat dipercaya.
Ekstrimisme & Pemahaman Radikal
Ulama su’ cenderung menyebarkan pemahaman agama yang ekstrem atau menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya. Mereka mungkin menggunakan retorika radikal, mempropagandakan kebencian, atau mendorong tindakan kekerasan sebagai bagian dari agama.
Namun, Anda juga harus bisa membedakan antara pemahaman radikal dan tegas. Seperti contohnya perintah, "Setiap Muslimah yang sudah akil baligh wajib menutup aurat." Itu merupakan pandangan tegas dalam ajaran agama Islam, namun bukan berarti harus memaksa menutup aurat setiap muslimah yang belum berhijab yang kita jumpai di jalan. Cukup memberikan nasihat pada mereka yang siap mendengarkan nasihat kita.
BACA JUGA:Segera Sadari! 6 Hewan Ini Dilarang Dipelihara dalam Islam
Berbeda dengan pandangan ekstrimis, seperti contohnya, "Orang Kafir dilarang tinggal di pemukiman mayoritas muslim." Hal itu merupakan aturan ekstrim dan memaksa demi ego pribadi dan kelompoknya sendiri. Padahal, siapapun berhak tinggal di wilayah manapun selama mematuhi aturan setempat.
Selain berpemahaman ekstrimis, ulama su' juga bisa memiliki pandangan liberal yang bertentangan dengan ajaran Islam. Hal ini juga bisa memicu konflik antara umat islam yang memiliki pandangan liberal dengan umat yang memegang teguh imannya kepada Allah SWT.
Secara halus, ulama su’ akan menyatakan bahwa Islam di suatu tempat berbeda dengan Islam di tempat lain atau mengklaim bahwa Islam di satu tempat sudah tidak murni, sementara Islam di tempat lain masih murni, tanpa memberikan bukti konkret.