Tindakan seperti itu dapat mengarahkan umat Islam pada perpecahan dan ketidakuniversalan, di mana masing-masing golongan atau kelompok hanya memprioritaskan kepentingan sempit mereka sendiri.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al Baihaqi Rasulullah bersabda, “Akan datang suatu masa yang menimpa manusia; tidak ada Islam kecuali tinggal namanya saja, tidak ada Alquran kecuali tinggal tulisannya saja, masjid-masjid mewah tetapi kosong daripada petunjuk serta ulamanya adalah orang yang paling jahat yang berada di bawah langit”
Keburukan Ulama su’
Keburukan yang muncul pada sebagian ulama su’ dapat ditelusuri pada akar masalah mereka yang terjerat dalam cinta dunia. Rasa ketertarikan dan keinginan terhadap harta, kekuasaan, dan kenikmatan materi telah merasuki hati mereka, sehingga mereka menjadi tergoda untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan ajaran agama dan moralitas.
Cinta dunia yang berlebihan menjadi sumber kejahatan yang melingkupi ulama su’, sehingga mereka terjerumus dalam praktik-praktik yang tidak bermoral dan merugikan umat.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “pada akhir zaman akan muncul golongan yang mencari dunia dengan agama. Mereka memakai pakaian dari bulu kambing untuk menunjukkan kerendahan hati lisan mereka manis seperti gula tetapi hati mereka adalah hati serigala (serakah akan harta dan kedudukan)”
Salah satu faktor lain yang menyebabkan ulama su’ terjebak dalam keburukan adalah keterbatasan ilmu dan kurangnya upaya pembelajaran yang lebih luas dan universal.
Meskipun mereka memiliki pengetahuan dasar agama, kurangnya pemahaman mendalam dan keterampilan analisis yang memadai membuat mereka rentan terhadap kesalahan penafsiran dan pemahaman yang menyimpang.
Selain itu, ketidakmampuan mereka untuk terus belajar dan memperbarui pengetahuan membuat mereka tidak mampu menjawab tantangan zaman yang terus berkembang. Ulama su’ juga sering menghadapi tantangan dalam hal kepemimpinan dan pewarisan tanggung jawab dari Rasulullah.
Kekurangan dalam pemahaman prinsip-prinsip kepemimpinan dan kurangnya keterampilan dalam mengelola urusan umat seringkali memunculkan ketidakstabilan dan konflik di antara mereka.
Tidak adanya figur pemimpin yang mampu mewarisi kepemimpinan dengan baik dari Rasulullah menyebabkan ketidakpastian dan kekacauan dalam tata kelola agama. Faktor lain yang mempengaruhi keberlanjutan ulama su’ adalah pemilikan dan pengendalian yang ada pada mereka, terjerat dalam ikatan kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Pola masuk dapat disesatkan dan dimanfaatkan untuk tujuan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip agama.
Pengaruh eksternal dalam bentuk kekayaan, kekuasaan, atau dukungan politik dapat mempengaruhi independensi dan integritas ulama su’ sehingga mereka tidak lagi menjalankan tugas mereka secara objektif dan adil. Kehadiran dengki dan hasad dalam komunitas ulama su’ menjadi salah satu faktor yang menghasilkan keburukan dalam gerakan dakwah mereka.
Persaingan yang tidak sehat dan rasa iri terhadap kesuksesan serta pengaruh yang dimiliki oleh ulama lain seringkali mengganggu hubungan dan kerjasama antara mereka. Ketidakharmonisan antara ulama su’ dapat merugikan umat, karena mereka tidak dapat bekerja bersama-sama untuk kebaikan umat, malah menyebabkan kebingungan di kalangan masyarakat.
Sayangnya, dalam beberapa kasus, ada ulama su’ yang hadir hanya untuk mencari keuntungan materi dan uang. Mereka menjadikan agama sebagai alat untuk memperoleh kekayaan pribadi tanpa memperhatikan tanggung jawab spiritual dan moral mereka terhadap umat.
Motivasi yang salah ini merusak reputasi ulama, menyebabkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap mereka, dan merugikan perkembangan serta pemahaman agama yang sejati.
Ada golongan ulama su’ yang mengajak kepada kebaikan tanpa menunjukkan teladan.
Ibnu Qayyim mengatakan, “ulama su’ duduk di depan pintu surga mengajak manusia masuk dengan ucapan mereka namun perbuatan mereka justru mengajak manusia masuk neraka. Mereka mengatakan kepada manusia, “Mari masuk”, tetapi perbuatan mereka menyiratkan, “Jangan mendengarkan mereka”, jika seruan mereka benar seharusnya mereka sendiri yang pertama memenuhinya”