RADAR JABAR – Kita pasti kerap menemukan seseorang atau sekelompok orang yang mengaku seorang muslim, tapi malah secara terang-terangan menentang ajaran islam. Tak hanya itu, mereka bahkan berusaha memutarbalikkan fakta suatu kejadian, termasuk apa yang terjadi pada konflik Israel dan Palestina yang masih terus berkecamuk hingga saat ini.
"The first casualty of war is truth." Ungkapan ini digunakan oleh para aktivis media yang meliput peperangan. Ketika pertempuran terjadi, korban pertama yang jatuh bukanlah manusia atau tentara, melainkan kebenaran.
Ungkapan ini mencerminkan bahwa peperangan bukan hanya tentang senjata, melainkan juga tentang pertarungan opini untuk merebut simpati publik.
Kutipan ini juga muncul karena dalam setiap peperangan, seringkali muncul laporan yang bertentangan. Konflik tidak hanya terkait dengan jumlah korban, melainkan juga dengan pihak-pihak yang berbeda mengklaim kebenaran.
BACA JUGA:Hasil Investigasi Buktikan Israel Bom Rumah Sakit dan Gereja di Gaza
Salah satu pihak menganggap dirinya sebagai pihak yang benar, sementara pihak lain dituduh sebagai salah dan pengkhianat. Situasi ini sering terjadi dalam konflik seperti yang terjadi antara Israel dan Palestina.
Dalam konflik ini, tidak hanya terjadi perang fisik dengan roket dan tembakan, tetapi juga perang opini yang kuat. Setiap pihak mengklaim memiliki kebenaran, sementara pihak lainnya disalahkan. Beberapa media Barat mungkin juga memiliki ketidakseimbangan dalam pelaporan konflik ini.
Israel Mengaku Menyewa Buzzer untuk Raih Dukungan
Pemerintah Israel mengakui penggunaan anggaran besar untuk menyewa para pemengaruh, influencer, dan buzzer dengan tujuan memenangkan perang opini dan mendapatkan dukungan dari dunia internasional.
Para pemengaruh dan buzzer ini berasal dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Perang media sosial menjadi sangat aktif dan memecah belah pendapat publik di Indonesia.
Beberapa netizen mendukung langkah Israel dan menggambarkan Hamas dan Palestina sebagai agresor, sementara Israel dan Yahudi dianggap sebagai korban yang mempertahankan diri.
Padahal sudah jelas korban warga sipil Palestina terus berjatuhan setiap tahunnya meskipun Hamas tidak melakukan penyerangan terhadap Israel.
Fenomena Yahudi Pesek di Indonesia
Fenomena ini mencakup dukungan yang tidak lazim, di mana beberapa orang Indonesia mendukung Israel dan zionisnya.
Mereka mungkin menggunakan istilah "Yahudi pesek" sebagai sindiran, mengacu pada orang-orang non-Yahudi, terutama di Indonesia, yang dengan gigih menyudutkan perjuangan warga Palestina dalam menghadapi penjajahan Zionis Israel.
Istilah Yahudi pesek ini menjadi perbincangan publik saat eskalasi konflik Palestina dan menjadi tren di media sosial.
Umumnya, para "Yahudi pesek" tersebut menyudutkan kelompok pejuang Hamas, yang dikenal memberikan perlawanan terhadap Zionis Israel.