Akhirnya, pada suatu hari, sang pendeta berangkat ke Kota Madinah. Perjalanan itu memakan waktu selama 30 hari, dan akhirnya dia tiba di pintu gerbang kota Madinah.
Di sana, sang pendeta bertemu dengan seorang laki-laki tampan, berkulit putih, berbadan tinggi, dan berpakaian serba putih. Karena kegagahannya, sang pendeta mengira bahwa laki-laki tersebut adalah Nabi Muhammad SAW.
Maka, sang pendeta mendekati laki-laki tersebut dan menyapa, "Assalamualaikum, ya Muhammad!" Laki-laki tampan berbaju putih itu langsung menangis mendengar salam tersebut.
Melihat situasi yang aneh ini, sang pendeta menjadi heran mengapa laki-laki tersebut menangis. Laki-laki itu mendekati sang pendeta dan bertanya, "Wahai Tuan, Anda berasal dari mana?"
Sang pendeta menjawab, "Aku berasal dari tempat yang sangat jauh, aku dari Syam, dan ingin sekali bertemu dengan Muhammad."
Mendengar jawaban sang pendeta, laki-laki tersebut segera mengantarkannya menghadap Nabi Muhammad SAW. Dia membawa sang pendeta ke masjid Nabawi.
Sang pendeta kemudian menyadari bahwa laki-laki tampan tersebut bukanlah Nabi Muhammad SAW. Rasa penasarannya membuatnya semakin tak sabar untuk segera bertemu dengan Nabi Muhammad SAW. Belakangan, diketahui bahwa laki-laki tampan berbaju putih itu adalah Salman Al-Farisi.
Ketika sampai di Masjid Nabawi, sebelum masuk, sang pendeta mengucapkan salam, "Assalamualaikum, Assalamualaika ya Muhammad." Seketika, semua sahabat yang berada di dalam masjid pun menangis tersedu-sedu.
Sang pendeta semakin kaget karena setiap kali dia mengucapkan salam kepada Penduduk Madinah, mereka langsung menangis.
Kemudian, saat suasana masjid masih dipenuhi dengan suara isak tangis, Ali Bin Abi Thalib mendekati sang pendeta dan bertanya, "Wahai tuan, dari mana Anda berasal?"
Sang pendeta menjawab, "Aku berasal dari negeri Syam dan sengaja datang ke sini untuk bertemu dengan Muhammad."
Ali menjawab, "Terlambat, beliau telah wafat sejak seminggu yang lalu."
Sang pendeta pun kaget sekaligus menyesal mendengar kabar tersebut. Kemudian sang pendeta bertanya, "Bolehkah aku melihat jubahnya Nabi Muhammad?"
Lalu Sayidina Ali menyuruh Bilal bin Rabbah untuk mengambilkan jubah milik Nabi Muhammad SAW. Bilal pergi ke rumah Fatimah dan memberitahukan maksudnya.
Ketika Sayidah Fatimah membuka lemari tempat jubah itu disimpan, ia langsung menangis, teringat akan bau harum tubuh Ayahandanya. Maka, diberikannya jubah itu kepada Bilal, yang kemudian membawanya ke masjid dan memberikannya kepada Ali.
Setelah dihamparkan, sang pendeta mencium jubah itu, lalu berkata, "Ternyata benar, dia utusan Allah. Beginilah bau harum Nabi Muhammad seperti yang disampaikan dalam Kitab Taurat."