RADAR JABAR - Di kota Syam, Syria, terdapat seorang pendeta Yahudi yang sangat membenci Rasulullah SAW. Di kota Syam ini, ia memiliki kegiatan keagamaan atau pengajian yang diadakan setiap hari Sabtu.
Kegiatan ini dihadiri oleh puluhan ribu jemaatnya yang berkumpul untuk membaca Kitab Taurat bersama-sama.
Suatu saat, ketika pendeta ini sedang mempersiapkan materi yang akan diajarkan, ia menemukan sebuah bagian dalam Kitab Taurat yang berbicara tentang sejarah keagungan Nabi Muhammad SAW.
Namun, karena rasa bencinya terhadap Rasulullah SAW, dia merobek lembaran tersebut dari Kitab Tauratnya pada hari Sabtu berikutnya atau minggu kedua.
BACA JUGA:Isi Injil Kuno Barnabas yang Ramalkan Islam dan Kemunculan Nabi Muhammad SAW
Kemudian, pada pekan hari Sabtu berikutnya atau minggu ketiga, ketika ia sedang menyiapkan materi lain dari Kitab Taurat untuk diajarkan kepada santri-santrinya, dia kembali menemukan 24 lembar dalam Kitab Taurat yang juga berbicara tentang sejarah Rasulullah SAW. Tanpa ragu, dia pun merobek ke-24 halaman tersebut.
Karena telah menyobek semua cerita tentang Nabi Muhammad SAW dalam Kitab Taurat, pendeta ini semakin penasaran tentang bagaimana Nabi Muhammad SAW ini dan mengapa namanya disebut dalam Kitab Taurat. Rasa penasaran ini semakin bertambah hingga akhirnya dia berencana untuk pergi bertemu dengan Nabi Muhammad SAW.
Namun, dia menyadari bahwa jarak antara Syam dan Madinah sangat jauh, dan perjalanan itu akan memakan waktu sekitar 30 hari jika menggunakan unta.
Ini berarti dia harus meninggalkan pengajiannya yang rutin, setidaknya selama delapan pertemuan. Hal ini tentu saja menjadi beban yang berat bagi para santri-santrinya.
BACA JUGA:7 Tips Gaya Hidup Sehat Ala Rasulullah SAW
Seorang santri mencoba mengingatkan sang pendeta, bahwa sebaiknya Tuan pendeta tidak pergi menemui Muhammad, karena siapa pun yang bertemu dengannya, pasti akan tunduk kepadanya. Dia bertanya, "Kalau nanti Anda tunduk kepada Muhammad, lalu siapa yang akan memimpin kami?"
Mendengar nasihat santri-santrinya, sang pendeta mengurung niatnya untuk pergi ke Madinah. Namun, seminggu kemudian, niatnya untuk bertemu Nabi Muhammad SAW muncul lagi.
Kali ini, sang pendeta semakin penasaran, tetapi lagi-lagi santri-santrinya melarangnya pergi ke Madinah, bahkan ketika dia mencoba pamitan, mereka selalu menahannya. Hal ini terjadi sampai tiga kali, dan santri-santrinya tidak pernah mengizinkannya pergi menemui Nabi Muhammad SAW.
Akhirnya, karena keinginannya yang tak tertahankan lagi, sang pendeta berkata kepada santri-santrinya, "Aku berharap kalian memperkenankan agar aku bertemu dengan Muhammad."
Mendengar perkataan sang pendeta, akhirnya para santri merelakan pendetanya untuk pergi menemui Nabi Muhammad SAW di Madinah.