Omset Pedagang Busana Muslim Naik 150 Persen

Selasa 28-03-2023,16:00 WIB
Editor : Erwin Mintara

Omset Pedagang Busana Muslim Naik 150 Persem

MESKIPUN lebaran terbilang lama, tapi para pemilik bisnis konveksi sudah menerima lonjakan order sejak dua bulan menjelang Ramadan.

Hal tersebut salah satunya dialami langsung Lia Nilan Dewi, yang merupakan seorang pengusaha busana muslim asal Jalan Margaluyu, RT 01/02, Kelurahan Cimahi, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi.

Ibu rumah tangga berusia 50 tahun itu mengaku telah kebanjiran order busana muslim yang meningkat hingga 150 persen sejak dua bulan lalu hingga memasuki bulan Ramadan 2023 ini.

"Dua bulan sebelumnya udah rame yang mesen. Meningkatnya ada sampai 150 persen," kata Lia saat ditemui Jabar Ekspres.

Dia menerangan di bulan bulan biasanya dirinyanya hanya menerima pesanan baju muslim dengan brand lokal miliknya yang hanya sekitar 400 pcs setiap bulannya. Namun di dua bulan terakhir naik sebanyak 800 hingga1.000 pcs setiap bulannya.

Untuk omset sendiri, jika biasanya ia hanya mendapat sekitar Rp 100 juta lebih setiap bulan, maka memasuki bulan Ramadan bisa mencapai Rp 300 juta.

"Bajunya saya jual Rp 250-500 ribu per pcs. Jadi kalau puasa dan mau lebaran ini omset bisa mecapai Rp 250-300 juta setiap bulannya," jelas Lia.

Dia mengatakan, penjualan fashion muslim itu dipastikan akan terus bertambah seiring masih dibukanya pesanan meskipun akan dibatasi untuk setiap modelnya.

"Sampai sekarang masih menerima pesanan, tapi kayanya akan dibatasi soalnya ada keterbatasan di bahan sama waktu takut enggak terkejar sampai lebaran," ungkap perempuan yang memulai bisnis fashionya sejak 2016 itu.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan jika pemesanan bulan Ramadan setelah pandemi COVID-19 ini diakuinya menurun jika dibandingkan dengan sebelum adanya COVID-19. Dia mengaku bisa menjual hingga 2.000 pcs saat momen bulan suci ini.

"Kemudian setelah pandemi itu pasarnya jadi sulit terbaca, beda sama sebelumnya. Misalnya, trennya apa nih, biasanya saya langsung membacanya, tapi sekarang susah karena semakin banyak pesaing," tutur Lia.

Sebelum memulai bisnis busana muslim, Lia pernah mencoba berkarir di berbagai bidang. Dari mulai bekerja di sebuah pabrik pupuk, toko ponsel dan usaha kuliner, hingga akhirnya merambah bidang konveksi yang ikut bersama kakaknya.

Setelah bekerja dengan kakaknya, Lia mencoba membuka toko busana muslim di Tanah Abang, Jakarta namun hanya bertahan dua tahun. Hingga akhirnya memutuskan membuka produksi busana muslim dengan brand sendiri.

"Untuk modal itu awalnya Rp 6 juta, dan dapat omzet pertama kali waktu itu sekitar Rp 28 juta sebulan," ucap Lia.

Hingga sekarang dirinya tidak membuka toko offline sendiri untuk menjual baju-bajunya. Namun ia memanfaatkan agen yang sudah tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Mulai dari Jawa Barat, Jabodetabek hingga wilayah Kalimantan.

"Tercatat ada sekitar 58 unit agen meskipun tidak semuanya aktif, ya paling yang aktif sekitar 25 unit. Dan 80 persen itu pelanggannya justru kebanyakan ada di daerah Kalimantan," jelasnya.

Tidak hanya memproduksi untuk brand endiri, ternyata lia yang dibantu belasan karyawannya itu pun memproduksi busana muslim pesanan brand lain.

"Saya juga bikin untuk brand orang lain. Dengan berbagai sistem tergantung kesepakatan dan dalam seminggu itu rutin ada 120 pcs," pungkasnya.

Tags :
Kategori :

Terkait