Widya mencontohkan dunia pendidikan, yang jika dilakukan secara linear maka hanya akan berfokus pada pembelajaran di ruang kelas.
Saat ini dengan perkembangan teknologi, dunia pendidikan bisa digabungkan dengan aplikasi di handphone, dan memiliki peluang bisnis yang luar biasa.
"Mahasiswa masih kuliah, bisa membuat aplikasi pembelajaran bahkan menjadi guru les secara online. Dokter bisa konsultasi melalui online. Ini tidak bisa terjadi kalau sarjana pendidikan dan sarjana kedokteran tidak belajar teknologi," ungkap Widya.
Untuk mulai percaya diri dalam belajar di luar bidang, para sarjana harus percaya bahwa belajar apapun pasti ada manfaatnya. Karena hasil dari belajar bukan sekadar selembar ijazah.
"Tapi juga peluang untuk mix and match, mempelajari yang relevan dan dibutuhkan masyarakat, menghubungkan dengan apa yang dibutuhkan masyarakat, sehingga ilmu yang sarjana miliki akan sesuai dan ada lapangan kerjanya," lanjut Widya.
- Belajar Caranya Belajar, dan Meninggalkan Sebagian yang Sudah Dipelajari
Ilmu pengetahuan pasti akan berubah, sesuatu yang dipelajari di masa lalu belum tentu relevan di masa depan. Jadi para sarjana perlu memiliki skill caranya belajar, dan meninggalkan sebagian yang sudah dipelajari untuk digantikan dengan hal yang baru.
Karena bagi Widya, akhirnya sekolah itu adalah tempat belajar untuk bagaimana belajar, sehingga bisa beradaptasi dalam situasi apapun, terlebih perubahan dunia yang demikian cepat dan disruptif.
Selain kemampuan untuk belajar, yang dibutuhkan saat ini juga adalah menyaring hal-hal usang yang sudah dipelajari. Sehingga kemampuan untuk menerima hal-hal baru bisa lebih cepat.
"Saya tidak melihat sekolah untuk belajar sesuatu karena sesuatu itu mudah rusak. Misal manajemen, teori yang kita pelajari hari ini pada tiga tahun lagi mungkin usang. Sehingga kita harus memposisikan sebagai gelas," kata dia.
"Gelas ketika penuh diisi air terus menerus, air akan tumpah. Nah, kita juga harus bisa membuang apa yang kita pelajari yang telah usang, agar hal baru bisa masuk. Karena dunia terus berubah jangan pakai cara pandang lama untuk melihat hal baru," tambahnya.
- Cepat Beradaptasi dan Pasang Target
Kemampuan adaptasi dan memasang target, menjadi skill yang terakhir namun menurut Widya juga tak kalah penting. Gelar sarjana pastinya menjadi pengalaman baru bagi anak muda menghadapi kerasnya dunia kerja atau bermasyarakat, setelah belasan tahun di lingkungan sekolah.
Kemampuan cepat beradaptasi bisa dipelajari sejak kuliah. Bagi mahasiswa yang berkuliah di era Pandemi, sudah pernah merasakan kuliah berubah drastis secara Online selama dua tahun, sebelum akhirnya menjadi offline lagi akhir-akhir ini.
Mahasiswa juga sudah pernah merasakan merantau ke luar kota bahkan luar pulau, dan semasa kuliah mengenal teman baru baik di kampus, organisasi internal, maupun organisasi eksternal.
Setelah mengenal lingkungan lebih luas, sarjana maupun calon sarjana diharapkan Widya dapat menentukan target yang jelas. Misalnya, ingin menjadi pengusaha, usia 22 sebagai sarjana muda apa yang perlu dilakukan.
Lalu bagaimana target skala usahanya, jumlah pegawai, hingga omzet pada sepuluh tahun ke depan. Dengan adanya target, maka adaptasi bisa dilakukan secara terarah.
"Oleh karena itu, semasa jadi mahasiswa, belum sarjana, tidak cukup hanya belajar di kelas, belajar bisa di manapun kita bisa belajar di masyarakat, pesantren, industri, organisasi, semakin banyak ruang belajar yangg kita manfaatkan semakin baik," tuturnya.