BANDUNG, RadarJabar - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat waspadai badai hidrometeorologi.
Analis Kebencanaan Ahli Muda Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Jabar, Hadi Rahmat Arjasasmita mengatakan, ebagian besar bencana yang terjadi sejak Januari sampai September 2022 diakibatkan oleh badai tersebut.
"Banjir, tanah longsor, puting beliung. Tiga kejadian itu yang paling banyak memberikan dampak di Jawa Barat," kata Hadi kepada Jabar Ekspres saat ditemui belum lama ini.
Diketahui, bencana hidrometeorologi dapat terjadi karena disebabkan oleh parameter meteorologi seperti curah hujan, kelembapan, temperatur, dan angin.
Adapun potensi yang bisa melanda masyarakat dalam bencana hidrometeorologi di antaranya banjir, angin puting beliung, longsor, sambaran petir hingga pergeseran tanah.
Menurut Hadi, untuk wilayah yang rawan terjadi bencana di Jawa Barat adalah bagian Tengah dan Selatan.
"Untuk longsor dan angin puting beliung sebagian besar kejadiannya di Tengah dan Selatan," ujarnya.
Hadi menerangkan, pemetaan wilayah rawan bencana itu sesuai dengan peta resiko yang dimiliki BPBD Jabar.
"Kita nilai karena di wilayah Selatan banyak area pebukitan jadi potensi kebencanaannya lebih tinggi," terangnya.
Hadi menjelaskan, bencana banjir yang kerap terjadi di Jawa Barat sebagian besar melanda wilayah Utara.
Dia melanjutkan, bencana banjir selalu mengancam wilayah Utara karena area teritorialnya cenderung datar.
"Banjir ini terkait dengan beberapa faktor, mulai curah hujan dan daya dukung alamnya (infrastruktur) sangat berpengaruh," ucapnya.
Hadi mengimbau, masyarakat harus mulai meningkatkan kewaspadaan sebab menjelang akhir tahun 2022 sampai Februari 2023 mendatang, Jawa Barat akan sering diguyur hujan intensitas tinggi.
"Kesiapsiagaan sangat penting, ketika sudah diinformasikan minimal ditindak lanjut oleh tingkat kecamatan agar masyarakat semakin waspada," imbuhnya.
Hadi berpesan, agar semua pihak dapat mempersiapkan diri menghadapi cuaca ekstrem, supaya bisa meminimalisir korban dan kerugian jika bencana menerjang.