DP3A Bandung Gemakan Pemenuhan Hak Anak dalam Pelaksanaan Hari Anak Nasional

Rabu 10-08-2022,19:00 WIB
Reporter : Arvi Resvanty
Editor : Arip Apandi

Radarjabar.disway.id, BANDUNG – DP3A Bandung gelorakan pemenuhan hak anak dalam Pelaksanaan Hari Anak Nasional 2022 bertema “Anak Terlindungi Indonesia Maju”.

Momentum ini diharapkan bukan sekadar pelaksanaan seremonial saja, tapi juga mendorong pemenuhan hak anak di Kota Bandung.

“Kami melibatkan pentahelix, di antaranya lembaga masyarakat, pengusaha, media massa, dan akademisi. Rangkaian peringatan hari anak nasional hari ini sebenarnya hanya puncaknya, karena beberapa waktu lalu kita sudah adakan beragam kegiatan,” ujar Aniek Febriani Kabid Pemenuhan Hak Anak DP3A Kota Bandung, di Pendopo Kota Bandung, Rabu (10/8).

Dia menambahkan Forum Anak Kota Bandung turut berperan dalam perayaan ini, bergerak sebagai pelopor perencanaan pembangunan untuk bersentuhan langsung dengan teman sebaya dan memperjuangkan hak-hak sebagai anak, terutama mereka yang terdampak pandemi sesuai tema tahun ini.

Perayaan yang diikuti oleh 250 anak ini turut berisi hak perlindungan anak.

Masyarakat kelas bawah diberikan program Perlindungan Anak Berbasis Masyarakat (PTABM) yang tersebar di berbagai kelurahan.

“Kami juga mempunyai pusat pembelajaran keluarga (Puspaga) dalam hal pencegahannya, di mana kita mengadakan konseling bersama keluarga tetapi sasarannya bukan hanya anak dan ibu tapi juga ayah,” tutur Yunimar.

Karena, tambahnya, peran ayah penting bagi pertumbuhan anak sangat berbeda dengan mereka yang tumbuh tanpa kasih sayang ayah.

Forkab, paparnya, juga memiliki Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang berperan dalam perlindungan perempuan dan anak. UPTD memiliki konselor di mana para anak yang mengalami kekerasan baik fisik maupun mental bisa berkonsul di UPTD tersebut.

Karena saat pandemi meningkat, bebernya, memiliki dampak buruk bagi keluarga. Kekerasan terjadi baik kekerasan fisik maupun mental. Sehingga, potensi terjadinya KDRT yang melukai anak secara psikis menjadi marak.

“Makanya perlu diingat bahwa suara anak itu sangat penting didengar karena proses pembangunan yang dilaksanakan di suatu negara bisa optimal dengan itu. Bukan sekedar menjadi orang tua yang meminta anak patuh. Jadikan anak berdiskusi lebih terbuka dan lebih musyawarah dalam keluarga,” papar Aniek.

Dia menambahkan, dalam masa digitalisasi ini orang tua perlu memerhatikan anak lebih intensif.

Anak menjadi lebih sulit bersosialisasi karena sibuk dengan dunianya masing-masing. Orang tua harus berperan sebagai panutan atau teladan.

“Bukan hanya sekedar mengimbau anak tidak boleh begini atau begitu. Tapi langsung memberikan contoh langsung yang dilihat anak karena anak perekam terbaik. Jangan tegur jangan main gadget terus sementara orang tuanya sendiri tidak bisa lepas dari HP,” tandas Aniek.*** (Arv)

Kategori :