Oleh: Mokhamad Anwar*)
PROYEKSI Perkembangan Industri Perbankan Semester II Tahun 2022 akan tetap positif, dengan Proyeksi Pertumbuhan Kredit yang masih baik dengan Pertumbuhan Laba Perbankan yang jauh lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Mengapa demikian?
Karena Program Restrukturisasi Kredit yang merupakan kebijakan relaksasi bagi dunia usaha akibat Covid-19 berjalan dengan baik sehingga banyak perusahaan terutama UMKM yang memperoleh manfaat dari kebijakan tersebut dan akan menggeliat terus di paruh kedua tahun 2022 ini.
Kondisi penyebaran Covid-19 yang walaupun akhir-akhir ini kembali meningkat, tetapi tidak separah yang terjadi di tahun sebelumnya, sehingga akitivitas perekonomian masyarakat berjalan lebih dinamis dan pertumbuhan ekonomi selama beberapa bulan terakhir ini tumbuh positif.
Selain itu keberhasilan pemerintah dalam mendorong vaksinasi Covid yang telah mencapai kurang lebih 74,2% untuk dosis pertama dan 62,1% untuk dosis lengkap, turut berkontribusi terhadap ketenangan dan kenyamanan masyarakat dalam bertransaksi ekonomi.
Pertimbangan lain adalah pertumbuhan laba yang diperoleh oleh rata-rata perbankan selama beberapa bulan terakhir ini mengalami peningkatan yang signifikan dibanding dengan periode yang sama tahun lalu, yang memunculkan harapan positif dicapai oleh bank-bank tersebut sampai akhir tahun ini.
Jika di-breakdown lebih lanjut, maka pertumbuhan laba ini salah satunya dipicu oleh peningkatan Kredit Konsumsi yang cukup besar selama beberapa bulan terakhir ini yang menunjukkan daya beli masyarakat untuk membeli barang konsumsi menjadi menguat dibandingkan tahun lalu.
Hal ini seperti Rilis dari Bank Indonesia (BI) yang mencatatkan kredit konsumsi naik 6,4% year on year (yoy) menjadi Rp 1.718,5 triliun per April 2022, yang didorong oleh penyaluran Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) yang naik 4,9% yoy menjadi Rp 107,1 triliun dan Kredit Multiguna naik 4,5% menjadi Rp 1.000,3 triliun. Sedangkan pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR) tumbuh di level 10% yoy menjadi Rp 611,1 triliun.
Sebagai contoh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mengalami peningkatan penyaluran kredit ke segmen konsumsi dengan kenaikan kredit ini sebesar 9,33% yoy menjadi Rp 94,3 triliun per April 2022. Selain itu Bank Bjb juga mencatatkan pertumbuhan kredit baik untuk sector korporasi maupun konsumtif dengan proyeksi pertumbuhan kredit secara total sebesar 9-10% untuk tahun 2022 ini.
Pertimbangan lain adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih berada dalam range yang cukup baik di paruh pertama tahun ini yaitu di range 4.8-5.3% bahkan Bank Dunia memperkirakan the worst-case scenario of projection of the economic growth yang berada di kisaran 4.6% dan ini dianggap lebih baik dibandingkan dengan negara-negara lain.
Dengan Proyeksi pertumbuhan ekonomi yang sedemikian tinggi maka kemungkinan ekspansivitas kredit yang dilakukan oleh perbankan Indonesia masih akan menuai hasil yang baik dan menyebabkan perolehan laba bank-bank di paruh kedua masih baik dan secara akumulatif lebih tinggi selama tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu.
Dilihat dari sisi suku bunga, tren yang menurun sejak tahun 2020 hingga kuartal pertama tahun 2022 ini merupakan insentif tersendiri bagi dunia usaha dalam mengembangkan usahanya sehingga beban pembayaran pokok dan bunga diharapkan masih rendah dan aktivitas perekonomian berjalan baik hingga akhir tahun dan ini akan berdampak baik bagi keberlangsungan pendapatan bank dari pembayaran para debiturnya.
Tingkat Non-Performing Loans (NPL) netto yang cenderung turun dari tahun 2017 hingga saat ini juga membuat kita optimis dapat melewati tahun 2022 ini dengan kinerja positif. Memang, dengan perkembangan Inflasi Global yang cenderung menaik saat ini dan adanya kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga perlu diantisipasi secara hati-hati oleh Bank Indonesia dalam penetapan BI-Rate dan sukubunga dasar kredit yang tepat agar trade-off antara kebijakan menaikkan suku bunga dengan pemertahanan tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap terjaga dan kondustif bagi dunia usaha, perbankan, dan kinerja ekonomi Indonesia secara keseluruhan.
Jelasnya, kebijakan peningkatan tingkat suku bunga memang akan berdampak terhadap masih menariknya investasi sector keuangan di Indonesia dan mempertahankan kurs rupiah, namun di sisi lain akan berdampak kepada biaya produksi dan keuangan yang makin tinggi yang akan dialami oleh dunia usaha Indonesia. Dari sisi ini, penetapan kebijakan tingkat sukubunga dari Bank Indonesia yang tepat dari sisi besaran dan waktu menjadi penting.
Peran OJK juga sangat penting dalam turut menjaga momentum pemulihan ekonomi Indonesia di tahun 2022 ini. Peran tersebut diperlukan dengan terus memompa dan menyediakan environment jasa keuangan yang sustainable melalui pemanfaatan sector jasa keuangan bagi masyarakat secara lebih optimal melalui penrbitan kebijakan yang mendorong pengembangan sumber pembiayaan yang mendukung upaya mengatasi perubahan iklim menuju ekonomi rendah karbon, melakukan percepatan transformasi ekonomi digital pada sector jasa keuangan, meningkatkan efektivitas program inklusi keuangan dan perlindungan konsumen, mendukung penguatan sector jasa keuangan syaraiah, dan lain-lain.