Turnia menerangkan, untuk pemberdayaan mayarakat yang terlibat mengurus ternak itik saat ini baru di RW04 dan RW05.
"Kita jadikan dua RW itu percontohan dan pertimbangannya karena di sana banyak yang paham mengurus ternak itik," ucap Turnia.
Dia mengaku, sebelumnya sebagian warga Desa Bojong pernah mencoba mengurus ternak kambing sebagai usaha, namun upaya peningkatan ekonominya tidak berjalan sebab bermacam kendala salah satunya kematian hewan menjadi sorotan.
Karenannya, dalam penganggaran 20 persen dana desa dialokasikan salah satunya pada ternak itik. Dikatakan Turnia, selain pengelolaannya yang telah dipahami warga, area ternak dan kandang dinilai mendukung.
"Dikelola atau diurus oleh warga supaya mengurangi pengangguran dan kemiskinan, di bawah pengawasan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) Bojong," imbuh Turnia.
"Jadi mulai dari pakan ternaknya, vitamin, bahkan sampai pemasarannya itu dikelola BUMDes. Warga hanya siap mengurus dengan tekun," tambahnya.
Turnia menjelaskan, untuk pakan ternak itik sudah dilakukan secara mandiri hasil olahan putra lokal, melalui BUMDes ditampung untuk kebutuhan ternak itik.
Dalam pemaparannya, Turnia berharap, dengan berjalannya ternak itik yang dianggarkan dari 20 persen dana desa dapat berkembang secara keseluruhan alias setiap warga yang belum berpenghasilan bisa ikut meningkatkan ekonomi.