Refleksi Satu Tahun Perjalanan Asta Cita: Pemikiran Konstruktif dari Diaspora Untuk Bangsa
Refleksi Satu Tahun Perjalanan Asta Cita: Pemikiran Konstruktif dari Diaspora Untuk Bangsa --
RADAR JABAR - Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) merupakan organisasi profesi kesehatan Masyarakat yang didirikan pada tanggal 22 Februari 1971. IAKMI merupakan anggota aktif the World Federation of Public Health Association (WFPHA) dan senantiasa berkomitmen untuk menjadi mitra strategis pemerintah dalam mengawal upaya pembangunan untuk meningkatkan derajat kesehatan Masyarakat di Indonesia.
Dalam rangka Pra - Forum Ilmiah Tahunan IAKMI ke XI, pada hari Sabtu tgl 25 Oktober 2025 dilaksanakan forum Diaspora via Zoom Meeting dan live you tube (Daring). Kegiatan ini bertema Refleksi Satu Tahun Perjalanan Asta Cita: Pemikiran Konstruktif dari Diaspora Untuk Bangsa guna memperkuat peran ahli Kesehatan Masyarakat dalam mendukung asta cita.
Kegiatan dibuka secara resmi oleh Dedi Supratman, SKM., MKM, Ketua Umum Pengurus Pusat IAKMI, yang dalam sambutannya menekankan pentingnya kontribusi pemikiran strategis dari para diaspora Indonesia dalam memperkuat kebijakan dan praktik kesehatan masyarakat di tanah air.
Kegiatan dihadiri 760 peserta yang terdiri dari Pengurus Pusat, Pengurus Daerah IAKMI, pengajar dan praktisi kesehatan masyarakat. Tampil sebagai narasumber Febi Dwi Rahmadi, SKM, M. Sc.PH, Ph.D dari Griffith University Australia, Dr. Dian Kusuma, SKM, MPH, scDR dari Khalifa University Abu Dhabi, Dr. dr Iqbal Mochtar, MPH, SpOk dari Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional, dan Dono Widiatmoko, SKM, MSc dari University of Derby, UK.
Kegiatan dipandu oleh Dr. Hermawan Saputra, SKM., MARS dan Kamaluddin Latief, SKM, M. Epid, Ph.D yang juga merangkap sebagai perumus. Tiga tema utama menjadi fokus diskusi, yaitu Makanan Bergizi Gratis (MBG), Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG), dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Program MBG berhasil mendorong keterlibatan ekonomi masyarakat, namun perlu penekanan lebih pada kualitas pelaksanaan.
BACA JUGA:Ketua DPRD Bogor Sebut Dampak CFD dapat Tingkatkan Ekonomi dan Kesehatan
Konsistensi penerapan standar operasional prosedur (SOP), monitoring, dan evaluasi terhadap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), sumber daya manusia (SDM), dan Sistem Penyelenggaraan Makanan (SPM) sangat penting. Selain itu, kehadiran supervisor keamanan pangan yang bersertifikat dan sistem sertifikasi transparan di setiap dapur MBG diperlukan, didukung oleh sistem pencatatan digital untuk memantau suhu, kebersihan, dan sumber bahan pangan.
Audit rutin dan pelaporan terbuka mendukung transparansi dan akuntabilitas, sementara edukasi keamanan pangan harus menjadi bagian pelatihan staf dan Unit Kesehatan Sekolah (UKS).
Jalur distribusi pangan harus efisien untuk meminimalisasi risiko kontaminasi, dan kolaborasi penta-helix beserta keterlibatan tenaga kesehatan masyarakat secara berkelanjutan menjadi kunci keberhasilan program.
PKG beroperasi secara nasional dengan komitmen menjangkau seluruh masyarakat tanpa biaya, dan terbukti efektif dalam deteksi dini serta pencegahan penyakit secara massal. Kasus penyakit kronis yang tidak terdeteksi saat ini mencapai 30%, sehingga deteksi dini menjadi hal vital untuk menyelamatkan nyawa dan meningkatkan produktivitas.
Akses layanan PKG harus merata di seluruh wilayah dan kelompok masyarakat. Integrasi perawatan lanjutan, melalui layanan primer dan rujukan, diperlukan agar pasien tertangani segera. Kesadaran kesehatan terus didukung melalui pendidikan, promosi, surveilans, dan asesmen oleh tenaga kesehatan. Upaya promotif dan preventif masih terbatas, padahal sangat penting dalam perkembangan kesehatan masyarakat dan pengendalian penyakit.
JKN mendukung pengembangan fasilitas kesehatan nasional dan perlu memperkuat kerjasama lintas sektor, khususnya pada fasilitas kesehatan tingkat pertama dan lanjutan. Peningkatan efektivitas pembayaran klaim dan standarisasi mutu layanan harus menjadi prioritas, terutama di wilayah tertinggal dan kepulauan. Penyesuaian pembiayaan yang signifikan juga diperlukan untuk mengimbangi perubahan demografi dan pergeseran pola penyakit.
Sumber: