Beijing Sebut Perjanjian antara Rusia dan Korea Utara Adalah Urusan Internal Kedua Negara

Beijing Sebut Perjanjian antara Rusia dan Korea Utara Adalah Urusan Internal Kedua Negara

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian--ANTARA/Desca Lidya Natalia

RADAR JABAR - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lin Jian, menyatakan bahwa penandatanganan Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif antara Rusia dan Korea Utara adalah urusan kedua negara tersebut dan Tiongkok tidak perlu campur tangan.

"Kerja sama antara Rusia dan DPRK adalah urusan antara dua negara berdaulat, terkait dengan kerja sama bilateral keduanya. Saya tidak punya komentar mengenai hal itu," ujar Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing, Kamis (20/6).

BACA JUGA:Mark Rutte Dilaporkan Akan Gantikan Jens Stoltenberg sebagai Sekjen NATO

Sebelumnya, pada Rabu (19/6), Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menandatangani perjanjian tersebut selama kunjungan Putin ke Pyongyang, yang pertama kalinya setelah 24 tahun. Perjanjian ini akan menjadi dasar kerja sama bilateral di masa depan dan mencerminkan perubahan signifikan dalam hubungan geopolitik antara Rusia dan Korea Utara.

Lin Jian menambahkan bahwa perjanjian tersebut tidak akan memanaskan kondisi Semenanjung Korea.

"Posisi Tiongkok mengenai masalah Semenanjung Korea konsisten dan jelas. Kami menjunjung perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea dan memajukan penyelesaian politik masalah Semenanjung Korea merupakan kepentingan bersama semua pihak," ujar Lin Jian.

BACA JUGA:Menteri Kesehatan Arab Saudi Sebut Layanan Kesehatan Haji 2024 Berhasil

Tiongkok, menurut Lin Jian, siap bekerja sama dengan pihak lain untuk mencapai tujuan tersebut melalui jalur politik.

"Secara prinsip, Tiongkok percaya bahwa dalam isu-isu yang berkaitan dengan Semenanjung Korea, menjatuhkan sanksi dan tekanan secara membabi buta tidak akan menyelesaikan masalah. Penyelesaian politik adalah satu-satunya jalan keluar yang bisa dilakukan," ungkap Lin Jian.

BACA JUGA:Presiden Turki Dorong Tindakan Global Menentang 'Tindakan Kekejaman' Israel

Selama kunjungan itu, Presiden Putin menghadiahkan Kim Jong-un sebuah mobil limusin Aurus baru dan satu set alat minum teh. Ini merupakan limusin Aurus kedua yang dihadiahkan Putin kepada Kim, melanggar sanksi Dewan Keamanan PBB yang melarang pasokan barang mewah ke Korea Utara berdasarkan Resolusi 2397 yang disahkan pada Desember 2017.

Kim Jong-un menyebut Rusia sebagai sahabat dan sekutu paling jujur bagi Korea Utara, dan menyatakan Putin sebagai sahabat terkasih rakyat Korea. Terakhir kali Putin mengunjungi Korea Utara adalah pada tahun 2000, saat negara tersebut dipimpin oleh Kim Jong Il, ayah Kim Jong-un.*

Sumber: antara