Cara Mendeteksi Gangguan Kesehatan Mental pada Anak yang Sering Terabaikan

Cara Mendeteksi Gangguan Kesehatan Mental pada Anak yang Sering Terabaikan

mendeteksi gangguan mental yang terjadi pada anak .-pixabay-

KONDISI kesehatan mental pada anak dan remaja seringkali diabaikan, dibanding  perhatian terhadap kesehatan fisik yang tampak  secara kasat mata. Padahal dari banyak penelitian, angka gangguan mental pada anak terus saja mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Berikut cara mendeteksi gangguan kesehatan mental pada anak  yang jarang kita tahu.

 

Dilansir dari laman Positive Psychology, menurut Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyebutkan ada sekitar 10 sampai 20 persen anak-anak dan remaja mengalami gangguan mental, . 

 

Dari jumlah tersebut, sebanyak 50 persen dari semua penyakit mental dimulai pada usia 14 tahun. Sementara itu, sebanyak 75 persen terjadi pada pertengahan usia 20-an.

 

Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan tingkat stress yang berlebih disaat usia anak bertambah.  Kondisi tersebut tentu saja akan sangat mempengaruhi perkembanagn mentalnya.  Padahal bila kesehatan mental baik dan terjaga memungkinkan anak untuk berpikir jernih, berkonsentrasi, berkembang lebih baik secara sosial dan lebih mudah mempelajari keterampilan baru.

 

Penyebab terjadinya gangguan mental pada anak diyakini karena adanya kondisi  neuropsikiatri. Dilansir dari laman halodoc, kondisi neuropsikiatri merupakan  istilah luas yang digunakan untuk menggambarkan penyakit yang secara negatif mempengaruhi kemampuan seseorang untuk belajar, bekerja, dan mengatasi emosi. 

 

Penyakit ini memiliki dasar neurologis dan psikologis, yang bisa terdeteksi dari beberapa gangguan yang kadang tidak disadari, seperti  kecanduan akan sesuatu, seperti game, gangguan makan, penyakit degeneratif, gangguan suasana hati, gangguan neurotik, psikosis dan gangguan tidur.

 

Dari beberapa gangguan tersebut  bisa diketahui bahwa kesehatan mental seorang anak sedang tidak baik-baik saja.  Karena gangguan-gangguan tersebut memengaruhi fungsi otak, emosi, dan suasana hati sang anak. 

 

Sumber: