Kang Aher Diajukan Dampingi Anies Baswedan di Pilpres 2024, Analis Politik: Tinggal Kompromi dengan Demokrat

Kang Aher Diajukan Dampingi Anies Baswedan di Pilpres 2024, Analis Politik: Tinggal Kompromi dengan Demokrat

Ahmad Heryawan atau Kang Aher yang diajukan menjadi pendamping Anies pada Pilpres 2024 mendatang. --

BANDUNG - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengajukan kader terbaiknya menjadi calon wakil presiden (Cawapres) untuk dampingi Anies Baswedan di Pilpres 2024, salah satunya, mantan gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan atau Kang Aher.

PKS menilai Ahmad Heryawan mempunyai modal pengalaman dalam memimpin. Termasuk sebagai gubernur Jawa Barat selama dua mulai periode 2008-2013 dan 2013-2018.

Menanggapi hal tersebut, Analis Politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago, mengatakan diusungnya Kang Aher sebagai cawapres untuk mendampingi Anies Baswedan pada Pemilu 2024 bakal menjadi keuntungan.

"Secara elektoral PKS cukup kuat di Jabar dan juga posisi mantan gubernur dua periode bakal menguntungkan bagi Anies Baswedan," ucap Arifki saat dihubungi Jabar Ekspres, di Bandung, Senin (10/10).

Dia menilai, Kang Aher merupakan mantan gubernur Jabar salama dua periode masih dianggap memiliki basis masa. Sehingga dengan munculnya sebagai cawapres diprediksi bakal meraup suara lebih maksimal.

"Majunya Kang Aher tentu akan gampang menarik suara di Jabar," hematnya.

Meski demikian, Arifki melihat persoalan pemilihan cawapres tentu akan alot. Pasalnya, disatu sisi Demokrat pun mengusung Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai pendamping Anies Baswedan pada Pemilu 2024.

"Tapi akankah demokrat akan mengiklaskan saja. Padahal Demokrat menawarkan AHY sebagai wakilnya. Ini yang menjadi pesoalan kompromi antara demokrat dan PKS tentang wakil akan diusung," kata dja.

Saat disinggung mengenai elektabilitas Kang Aher rendah. Bahkan jauh dari tokoh Jabar lainnya seperti Dedi Mulyadi dan Ridwan Kamil, dirinya tak menapikan. Akan tetapi dirinya mengatakan besar kemungkinan mempunyai tiket dari partai.

"Sebenarnya kalau kita lihat hitung-hitungan logis, di Jabar cukup kuat itu Dedi Mulyadi dan Ridwan Kamil. Akan tetapi, PKS merasa memiliki banyak kursi di parlemen. Tentu sebagai partai politik ada kepentingan yang dimainkan PKS agar kadernya bisa menjadi cawapres," jelas dia.

Dia menuturkan, PKS bersumbangsih memberikan suara dan jumlah kursi di parlemen. Sehingga koalisinya lengkap. Bisa mengusung Aher sebagai wakil presiden.

"Maka logika ini yang digunakan PKS untuk membangun daya tawar dengan Anies Baswedan. Secara logis tentunya tidak bisa diukur dari elektabilitas. karena ini lebih pada hitung-hitungan koalisi yang menyebabkan parpol agar dilamar oleh capres populer," tuturnya.

Dalam konteks lain, dia menerangkan Dedi Mulyadi dan Ridwan Kamil secara elektabilitas memiliki daya tawar dalam popuralitas. Hanya saja, tidak mempunyai wewenang untuk mendorong menjadi capres maupun cawapres

"Ridwan Kamil belum punya partai, Dedi Mulyadi harus bersaing dengan ketuanya sendiri, Airlangga Hartarto," terangnya.(win)

Sumber: