Aksi Koboi Mahasiswa di Gedung DPRD Kota Bogor, Bakar Ban hingga Robohkan Gerbang
Detik-detik para demonstran dari PMII merobohkan pagar gerbang utama DPRD Kota Bogor, Jumat (9/9). -(Yudha Prananda / Jabar Ekspres)-
BOGOR - Gelombang aksi demonstrasi penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang dilakukan para mahasiswa di Kota Bogor hampir sepekan ini berlangsung kondusif. Sayangnya kondisi tersebut dirusak dengan aksi koboi mahasiswa yang melakukan pengrusakan.
Situasi tersebut terjadi pada Jumat, 9 September 2022, saat para demonstran yang tergabung dalam pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) berunjuk rasa di depan Gerbang Gedung DPRD Kota Bogor.
Puluhan mahasiswa tersebut tiba di gedung DPRD Kota Bogor pada pukul 15.00 WIB, kehadiran mereka diredam oleh anggota DPRD Kota Bogor dari Fraksi PKS, Anna Mariam Fadhilah dan mengizinkan masuk ke dalam gedung untuk melakukan audensi.
Para demonstran pun menanyakan anggota DPRD lainnya dan menginginkan seluruh anggota dewan untuk hadir di audensi tersebut, namun tak dapat terpenuhi.
Alhasil, hal itu memantik amarah mereka yang kemudian melakukan aksi koboi dengan hengkang meninggalkan ruang audiensi dan saat melewati lobby utama, sejumlah mahasiswa sengaja menjatuhkan rak koran.
Tak hanya itu, kericuhan kembali memuncak pada saat mereka berjalan keluar gedung DPRD menuju gerbang utama dengan membakar ban dan merobohkan pagar gerbang gedung wakil rakyat tersebut.
"Kami PMII tidak mengindahkan pertemuan kami dengan para anggota DPRD, makanya kami menolak keras dan mendesak DPRD Kota Bogor untuk mendesak kebijakan kenaikan harga BBM kepada DPR RI," ungkap Fadhil Ismayana, selaku koordinator lapangan.
Dia menekankan kepada seluruh dewan agar bersepakat bahwasannya DPRD kota Bogor dengan secara tegas menolak kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi.
"Kami akan melakukan aksi unjuk rasa Kembali dalam waktu dekat jika tuntutan kami tidak di penuhi," sebutnya.
Pihaknya menuntut kenaikan harga BBM pertalite dan solar bersubsidi berada dikisaran Rp 8.500 per liter sampai Rp 10.000 per liter dan banyak turunan lainnya.
Menurutnya, kenaikan harga BBM ini sangat disayangkan karena sangat merugikan masyarakat Indonesia.
"Lonjakan harga minyak dunia yang disebabkan oleh perang Ukraina dan Rusia, padahal dua hari yang lalu harga minyak dunia itu menurun 95 USD," jelasnya.
Dia membeberkan, juga pembengkakan APBN yang meliputi BBM bersubsidi, PLN, gas bersubsidi dan pembangunan IKN di Kalimantan, padahal pada faktanya masih banyak BBM bersubsidi yang tidak tepat sasaran untuk masyarakat menengah kebawah.
Sumber: