Inilah Kisah Nur Ferry dan Aulia Putri, Sepasang Pasutri Peraih Medali Emas di ASEAN Para Games

Inilah Kisah Nur Ferry dan Aulia Putri, Sepasang Pasutri Peraih Medali Emas di ASEAN Para Games

Pasangan suami istri Nur Ferry Pradana dan Aulia Putri, sama-sama meraih medali emas di cabang olahraga atletik ASEAN Para Games 2022 Solo--

SOLO- Sepasang Pasutri Aulia Putri dan Nur Ferry Pradana tampak bahagia setelah keduanya sukses meraih medali emas dari cabang para atletik ASEAN Para Games 2022 di Solo Jawatengah.

Aulia merupakan paralimpian pada Paralimpiade Tokyo 2022 yang meski tak berhasil menyumbangkan medali bagi Indonesia adalah sprinter andalan Indonesia pada klasifikasi T13. Itu adalah klasifikasi untuk pelari dengan gangguan penglihatan. Terbatas pada radius kurang dari dua puluh derajat atau kemampuan dalam mengenali objek berukuran bola tenis maksimal lima meter.

Sementara suaminya, Nur Ferry Pradana, adalah penyumbang empat medali emas dalam ASEAN Para Games 2017 di Malaysia. Berbeda nasib dengan Aulia, Ferry gagal tembus Paralimpiade Tokyo 2022 karena kalah poin dari atlet negara lain.

ASEAN Para Games 2022 ini menjadi pembuktian Ferry untuk semakin menegaskan diri menjadi sprinter difabel andalan Indonesia dalam klasifikasi T47. Klasifikasi T47 adalah untuk atlet dengan amputasi atau gangguan di bawah siku atau pergelangan tangan.

Meski telah mengantongi berbagai prestasi dari ajang bagi penyandang difabel, Aulia dan Ferry tetap mengerahkan seluruh kemampuannya dan tak pernah memandang sebelah mata lawan-lawannya. Motivasi mereka meraih medali emas ASEAN Para Games 2022 semakin menggunung karena orang tua mereka menyaksikan langsung perjuangan anak kebanggaannya dari tribun Stadion Manahan di Solo.

 

“Ada keluarga saya, mertua saya datang menonton di sini,” kata Aulia Putri.

Disaksikan langsung oleh orang tua menjadi pengalaman langka bagi Aulia dan Ferry. Apalagi padatnya persiapan dan banyaknya kejuaraan mengharuskan mereka jauh dari orang-orang tercinta. Waktu mereka berdua banyak dihabiskan di pemusatan latihan nasional.

Aulia bercerita, sejak Paralimpik Tokyo, hanya memiliki waktu seminggu di rumah, setelah itu harus kembali bergabung bersama kompatriotnya yang lain di Pelatnas untuk mempersiapkan diri menghadapi Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) di Papua. Mereka lanjut ke Swiss untuk mengikuti ajang Grandprix pada Mei tahun ini. Di Swiss, dia dan suaminya sama-sama menorehkan prestasi membanggakan dengan meraih medali perak.

 

“Setelah dari Swiss baru bisa pulang seminggu, kemudian langsung kembali ke pemusatan latihan untuk ASEAN Para Games Solo 2022,” kata Aulia.

Beruntung bagi Aulia dan Ferry, karena sama-sama atlet para atletik membuat mereka saling memotivasi. Tatkala Aulia terpuruk, Ferry hadir sebagai obat penenang, begitu pula sebaliknya.

“Bisa lebih enak. Kasih semangat. Saling support,” timpal Ferry.

 

Tentu saja, sama-sama bertanding demi mengharumkan nama Indonesia sekaligus disaksikan keluarga tercinta menjadi pelecut dalam meraih prestasi terbaik yang akan menjadi cerita bagi anak-anak mereka kelak.

Sumber: