'Kawal Bumil Fest': Gerakan Kolektif Jabar Tekan Kematian Ibu-Anak dan Cegah Stunting Sejak Dini
Foto berita 'Kawal Bumil Fest': Gerakan Kolektif Jabar Tekan Kematian Ibu-Anak dan Cegah Stunting Sejak Dini.--Siaran Pers
“Stunting bisa dicegah ketika ibu hamil tercatat, terdampingi, dan terpenuhi nutrisinya,” lanjutnya.
Ia juga menyoroti pentingnya pencegahan sejak remaja. Anemia disebut sebagai faktor risiko terbesar karena dapat menurunkan produktivitas hingga memengaruhi tumbuh kembang janin.
“Remaja harus minum tablet tambah darah, menjaga nutrisi, dan melakukan skrining sederhana,” tegasnya.
Lebih jauh, Kukuh mengungkapkan fakta mencengangkan bahwa Jawa Barat menyumbang sekitar 70 persen kasus anemia perempuan di Indonesia. Pola hidup serba cepat, kurang istirahat, minim olahraga, hingga mobilitas tinggi menjadi pemicu tingginya risiko tersebut.
“Stunting adalah dampak jangka panjang modernisasi. Jika satu generasi stunting, generasi berikutnya bisa ikut terdampak,” jelasnya.
Dari sisi pemerintah kota, Kabid Kesejahteraan Keluarga DPPKB Kota Bandung, Endah Komalasari, menuturkan bahwa berbagai layanan bagi ibu hamil dan remaja sudah berjalan melalui program Bina Keluarga Balita (BKB) dan Bina Keluarga Remaja (BKR). Ia kembali menekankan pentingnya fase 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sebagai masa emas tumbuh kembang anak.
Pemkot Bandung juga rutin menggelar audit stunting, termasuk kunjungan langsung ke rumah ibu berisiko tinggi dengan tim lengkap—mulai dari dokter anak, dokter kandungan, ahli gizi hingga psikolog. Namun, tantangan kota besar seperti Bandung tidak kecil: kepadatan penduduk, akses air bersih, sanitasi hingga pengelolaan sampah masih menjadi faktor penting yang berpengaruh pada kasus stunting.
Untuk memperkuat dukungan, Bandung kini mendorong Gerakan Orang Tua Asuh Stunting, sebuah kolaborasi lintas pihak yang melibatkan Rumah Zakat, Blackmores, PKBI, dan UNFPA. Meski posyandu tersebar luas, tingkat partisipasi masyarakat masih belum stabil.
Sumber: