"Cimahi kecil, dengan 23 etnis, bermacam-macam suku, ras, dan agama, tetapi tetap bersatu. Jangan mengedepankan perbedaan menjadi permusuhan, tetapi perbedaan adalah persaudaraan bagi kita semuanya," tegasnya.
BACA JUGA:Klinik Kecantikan Terlengkap di Cimahi, Intan Beauty Clinic Siap Grand Opening Desember Ini
Terkait penamaan Sangkuriang Festival, Ngatiyana menjelaskan bahwa istilah ‘Sangkuriang’ dipilih sebagai simbol kerja cepat dan tepat. Ia menilai filosofi Sangkuriang yang identik dengan penyelesaian pekerjaan dalam waktu singkat sangat relevan dengan pelaksanaan festival ini.
"Saya sampaikan juga, kalau Sangkuriang ini bekerjanya mungkin dalam semalam harus selesai. Kita rencanakan dalam waktu sehari, selesai. Sehingga dengan rencana yang cepat, pelaksanaan yang cepat, hasilnya juga cepat," terangnya.
Menurutnya, istilah Sangkuriang Festival hanyalah simbol. Selain lekat dengan budaya Jawa Barat, istilah tersebut mencerminkan semangat kerja cepat dan kebersamaan.
"Festival Sangkuriang itu hanya istilah saja. Yang penting kegiatannya cepat direncanakan, cepat dilaksanakan, dan hasilnya juga cepat. Itulah Sangkuriang, bekerja satu malam selesai," katanya.
Menutup pernyataannya, Ngatiyana kembali menegaskan bahwa keberagaman bukanlah tantangan yang harus dipertentangkan, melainkan kekayaan yang harus dirawat bersama. Ia berharap melalui kegiatan seperti ini, persatuan dan kesatuan masyarakat Cimahi semakin kuat.
"Keragaman itu bukan tantangan. Keragaman itu bermacam-macam, tetapi kita harus tetap bersatu bahwa kita adalah Indonesia. Persatuan dan kesatuan yang kita utamakan. Makanya kita bina, kita lakukan silaturahmi antar etnis, sehingga tidak saling menyalahkan, tidak mengedepankan perbedaan, tetapi persatuan, kebersamaan, dan kekeluargaan yang utama." Tandasnya. (ziz)