“Bekerja langsung dengan peneliti berpengalaman mengasah kemampuan analisis dan mengajarkan cara melihat masalah dari berbagai perspektif. Dengan peralatan yang canggih, hasil penelitian kami menjadi lebih presisi dan kompetitif secara global,” tuturnya.
Lebih jauh, Stela mengaku pengalaman ini membuka mata tentang makna riset sesungguhnya.
“Pengalaman ini membuat saya sadar bahwa riset tidak hanya bersifat akademis, tetapi juga memiliki dampak nyata. Saya kini melihat karier di bidang farmasi bukan sekadar pekerjaan, tetapi sebagai kesempatan menciptakan inovasi yang benar-benar berarti bagi pasien dan masyarakat,” paparnya.
Ia menutup dengan harapan. “Saya berharap kolaborasi ini terus berkembang dan menginspirasi lebih banyak peneliti muda di Indonesia. Inisiatif ini bisa menjadi contoh bagaimana dunia akademik dan industri berjalan beriringan untuk memajukan riset farmasi nasional,” ungkapnya.
Fasilitas Canggih dan Output Riset Kelas Dunia
Laboratorium DDS RI ITB–Daewoong saat ini memiliki fasilitas lengkap seperti formulation lab, analytical lab, dissolution lab, stability room, hingga tablet production area dengan lebih dari 30 peralatan berteknologi tinggi—termasuk automatic sample dissolution tester, triple layer tablet press, hingga coating machine.
Fokus penelitian di laboratorium ini mencakup berbagai teknologi penghantaran obat modern seperti active coating, long-acting injectables, OROS, tablet-in-capsule, intranasal delivery system, hingga microneedles.
Hingga kini, open collaboration antara Daewoong–ITB telah menggandeng sembilan universitas di Indonesia, termasuk UGM, UI, UNPAD, UNAIR, UNHAS, ITERA, i3L, Poltekkes Bandung, dan tentu ITB sendiri. Sebanyak 22 proyek riset aktif dan 36 peneliti muda terlibat dalam kolaborasi ini.