RADAR JABAR - Di antara Perkebunan Teh Nirmala, jauh dari padat dan ramainya hiruk pikuk metropolitan terdapat Kampung Malani, yang dikenal sebagai Kampung Tokyo oleh para pengunjung. Arsitektur rumah di sana mengingatkan dengan gaya rumah di Prefektur Gitu, Jepang, yakni Desa Shirakawa.
Bangunan yang berada di lereng Gunung Halimun-Salak itu, memiliki dinding dari anyaman bambu atau bilik dan alasnya masih menggunakan papan, terdapat juga satu musala untuk tempat beribadah masyarakat sekitar. Suasana masyarakat di sana masih sangat hangat, anak-anak yang masih bermain pada tengah hari, serta gotong royong yang kuat.
Sekretaris Desa Malasari, Suryati atau lebih akrab dipanggil Ucu menjelaskan, rumah-rumah yang ada di sana merupakan pemberian atau fasilitas bagi para pekerja dari PT Sumi Asih. Dia menutur, gaya rumahnya masih mengikuti arsitektur zaman dulu.
“Itu sebetulnya, nama kampungnya kampung Malani yang ada di perkebunan teh, sebetulnya itu rumah masyarakat yang memang yang diberikan fasilitas oleh PT Sumi Asih. Jadi itu memang diperuntukkan untuk pekerja yang ada di PT Sumi Asih itu,” kata dia saat ditemui di Kantor Desa Malasari, pada Jumat (1/8/2025) Pagi.
“Karena memang bentuk rumahnya sama seperti di perumahan, dan memang ini masih mengikuti gaya zaman dulu untuk rumahnya,” sambungnya.
BACA JUGA:Pemkab Bogor Kebut Normalisasi Irigasi Sasak di Ciseeng
BACA JUGA:Dishub Kabupaten Bogor Pertimbangkan Pasang Rambu Dilarang Parkir di Tugu Helikopter
Dia mengungkapkan, banyak pengunjung yang datang ke Malasari dan memotret suasana Kampung Malani dari atas. Kata Ucu, para pengunjung menyebutnya Kampung Tokyo.
“Mungkin itu ada salah satu pengunjung mungkin yang datang ke Malasari, kemudian memotret satu kampung itu dari atas, memang rumahnya seperti di Tokyo. Sehingga sampe rame lah, bahwa ada Kampung Tokyo,” ungkapnya.
Senada dengan Ucu, Sahim selaku Ketua RT 01 RW 07 di Kampung Malani, terdapat pengunjung yang datang ke Kampung Malani dan menyatakan gaya arsitekturnya hampir sama dengan keadaan di salah satu yang ada di Jepang. “Mungkin dulunya ada yang main ke sini, rumahnya kayak Tokyo itu kan Jepang, mungkin Jepang kali ya, ada kayunya,” ucap dia saat ditemui di kediamannya, Kampung Malani, Malasari, pada Jumat (1/8/2025) Siang.
Dia mengatakan, julukan Kampung Tokyo itu bukan berasal dari warga Kampung Malani melainkan pengunjung yang sekadar untuk melintas maupun berkunjung ke wilayah tersebut.
“Iya, bukan orang sini yang nyebut Kampung Tokyo tapi pengunjung ada yang main ke sini, gara-gara gaya bangunannya kayak di Jepang gitu,” katanya.
Sahim menutur, terdapat 55 KK atau sekitar 163 jiwa yang ditinggal di Kampung Tokyo itu. “Ada 55 KK di RT 01 RW 07. Kira-kira 163 orang,” pungkasnya.