Belasan Sapi Perah Betina di Lembang Mati Mendadak, Peternak Tak Tau Jenis Penyakit Penyebab Kematian

Senin 28-07-2025,15:10 WIB
Reporter : Nur Aziz
Editor : Wanda Novi

RADAR JABAR – Sejumlah sapi perah betina di Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) mati mendadak. Beberapa peternak mengatakan jika sapi ternaknya itu mati tak lama setelah melahirkan.

Para peternak sapi perah di Desa Cikahuripan pun merasa bingung, sebab hingga saat ini mereka tak mengetahui penyakit yang menyerang hewan ternaknya. Dalam tiga bulan terakhir, tercatat sudah 16 ekor sapi mati dengan gejala yang berbeda dari penyakit mulut dan kuku (PMK) yang sempat mewabah sebelumnya.

”Gejala yang dialami sapi-sapi tersebut sangat mengkhawatirkan. Selain kaki yang membengkak dan air susu yang tidak keluar, organ dalam seperti jantung, limpa, dan paru-paru juga mengalami kerusakan,” ungkap Enok, salah seorang peternak sapi di Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Senin (28/7/2025).

Dia mengatakan, sejauh ini penyakit misterius yang belum diketahui itu hanya menyerang sapi-sapi betina yang sedang bunting. Menurutnya, karena khawatir rugi, banyak peternak yang akhirnya menjual sapi ternaknya dengan harga murah.

BACA JUGA:Publikasi Ilmiah Syarat Mutlak Dosen Naik Jabatan, LLDIKTI dan Unjani Gelar Workshop Fasilitasi Publikasi Arti

BACA JUGA:Kolaborasi Axioo dan SMK Melalui Axioo Sentra Digital Sebagai Tempat Belajar, Bekerja dan Berkembang Bersama

”Kalu yang terlanjur mati ya langsung kita kubur, biar penyakitnya tidak menular,” ungkap Enok. Enok mengaku, para peternak sudah melaporkan kasus penyakit yang menyerang sapi ternaknya itu kepihak berwenang.

”Kami sudah melapor ke mantri, korwil hingga koperasi susu. Tapi belum direspons,” keluhnya. Enok pun berharap ada penanganan serius dari pihak terkait sebelum penyakit ini menyebar lebih luas.

”Untuk kematiannya sih tidak mendadak, biasanya setelah terlihat ada gejala, baru dua hari kemudian mati,” tandasnya. Salah satu peternak lasinnya, Iyus (43), warga Kampung Pojok Girang RT 01 RW 04, mengaku sapinya mati mendadak pada Rabu, 23 Juli 2025, hanya tujuh hari setelah melahirkan.

Menurutnya, sebelum kematian tak ada gejala aneh yang dialami sapi ternaknya, malah dia mengaku sempat memberikan vaksin vitamin dua hari sebelum sapinya mati.

”Memang ambingnya sempat membesar dan produksi susunya menurun dari biasanya 25 liter jadi hanya 14 liter,” tuturnya.

Menanggapi kasus tersebut, Kepala Bidang Kesehatan Hewan pada Dinas Perikanan dan Peternakan (Dispernakan) Kabupaten Bandung Barat (KBB), Acep Rohimat mengaku jika pihaknya sudah terjun ke lapangan untuk memeriksa hal yang terjadi.

”Tim kami turun langsung untuk mengecek kondisi kandang, mengambil sampel darah dan pakan, serta melakukan wawancara dengan para peternak terdampak,” terangnya.

Dia mengakui jika gejala yang ditimbulkan sangat berbeda dengan penyakit umum yang kerap menyerang sapi ternak seperti Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). ”Kami lihat hidung sapi masih basah, yang menjadi indikator sapi tersebut tidak mengalami demam. Ini cukup penting untuk menyisihkan dugaan PMK,” jelasnya.

Dia menjelaskan ada beberapa faktor yang menyebabkan penyakit pada sapi ternak. Salah satunya adalah kondisi kandang yang kurang ideal. Baik dari segi kebersihan maupun manajemen.

Kategori :