RADAR JABAR, Bandung, 18 Juli 2025 – Gelombang penolakan terhadap wacana penurunan komisi driver ojek online dari 20 persen menjadi 10 persen mulai mencuat dari berbagai daerah. Jika sebagian pihak mendukung pemangkasan tersebut, komunitas pengemudi di Bandung justru mengungkapkan sikap berbeda.
Empat komunitas ojol di Kota Bandung — JARAMBAH, KOLONG Tegalluar, SGC 06, dan TRANSFORMERS — menyatakan secara tegas bahwa potongan komisi 20 persen selama ini dinilai masih masuk akal dan justru memberikan perlindungan serta stabilitas kerja bagi para mitra pengemudi.
Mereka menilai bahwa perubahan mendadak tanpa dialog terbuka dengan driver aktif bisa berdampak negatif terhadap ekosistem yang sudah terbentuk.
Ketua Komunitas JARAMBAH, Ananta Sagita, menyampaikan bahwa skema potongan 20 persen bukan hanya tentang pengurangan pendapatan.
Ia menjelaskan bahwa melalui komisi tersebut, para mitra memperoleh fasilitas penting seperti asuransi kecelakaan, akses layanan bantuan darurat, program diskon kebutuhan pokok, hingga dukungan langsung dari tim aplikator.
BACA JUGA:Koalisi Ojol Nasional Desak Pemerintah Hentikan Politisasi Driver: Kami Bukan Komoditas Politik!
BACA JUGA:Perspektif Beragam dari Berbagai Pihak: Tanggapan Wacana Ojol Jadi Karyawan Tetap
Ananta menekankan bahwa jika potongan diturunkan namun mengorbankan seluruh fasilitas tersebut, maka pengemudi justru akan lebih dirugikan. Ia mengingatkan akan potensi efek domino, di mana pengurangan pemasukan perusahaan bisa mengikis layanan yang selama ini menopang keamanan dan kenyamanan para driver.
Ketua KOLONG Tegalluar, Andre Mulia, juga mengungkapkan hal serupa. Ia menyoroti bahwa komisi 20 persen selama ini kembali kepada pengemudi dalam bentuk pelatihan keselamatan, program penghargaan, serta edukasi digitalisasi. Semua inisiatif ini menurutnya tidak akan berjalan tanpa dukungan dana dari aplikator.
Ia mempertanyakan kelangsungan program tersebut apabila komisi benar-benar dipangkas menjadi separuhnya. “Apakah pelatihan, edukasi, dan program insentif bisa tetap ada jika dananya dikurangi drastis?” ujarnya.
Sementara itu, Ketua SGC 06, Andi Eko Ludiro, menilai bahwa keputusan yang menyangkut nasib jutaan pengemudi seharusnya tidak berasal dari tekanan pihak-pihak yang sudah tak aktif bekerja di lapangan. Ia menyebut bahwa para driver aktif yang masih menjalani rutinitas onbid-lah yang paling tahu bagaimana sistem seharusnya dijalankan.
Andi juga mengingatkan bahwa sistem saat ini memungkinkan pengemudi untuk tetap bertahan secara finansial, berkat adanya insentif, dukungan komunitas, dan perlindungan terhadap risiko kerja. Ia menyebut perubahan sistem hanya demi alasan populis bisa menciptakan ketidakstabilan baru.
Naufal dari Komunitas TRANSFORMERS Bandung menyampaikan bahwa kebijakan pengurangan komisi tanpa evaluasi menyeluruh bisa memunculkan ketidakpastian.
Ia menegaskan bahwa penurunan potongan hanya akan berdampak positif jika seluruh fasilitas, insentif, dan layanan tetap terjaga — sesuatu yang menurutnya hampir mustahil jika dana yang tersedia berkurang.
“Jika layanan dan bantuan komunitas berhenti karena kurangnya dana, maka penurunan komisi justru menjadi bencana bagi kami,” ucapnya.
Ajakan untuk Dialog Terbuka
Keempat komunitas ini kompak meminta Kementerian Perhubungan untuk tidak hanya mendengar opini yang viral di media sosial, tetapi membuka forum dialog langsung dengan pengemudi aktif dari berbagai wilayah.
Menurut mereka, suara para mitra yang benar-benar merasakan dampak di lapangan harus menjadi pertimbangan utama sebelum kebijakan baru diterapkan.
Mereka juga menyatakan bahwa kestabilan sistem lebih penting dari sekadar angka potongan komisi. Selama aplikator tetap dapat memberikan ekosistem yang mendukung dan melindungi, maka komisi 20 persen bukanlah beban yang memberatkan, melainkan kontribusi terhadap sistem yang telah membantu ribuan pengemudi menjalani profesi mereka secara aman dan layak.
“Potongan ini adalah bagian dari harga yang kami bayar untuk bekerja dalam sistem yang memberi kami akses perlindungan, bantuan, dan dukungan. Jangan ubah sistem ini hanya karena narasi sepihak tentang keadilan,” demikian penutup dari pernyataan sikap keempat komunitas tersebut.