Tentu saja, kata ia, hal itu menimbulkan kejenuhan pembaca, tidak ada rasa penasaran karena akhir cerita bisa dengan mudah ditebak.
Pada kesempatan yang sama, Koordinator lomba menulis cerita ibu, Tuti Sutiarsih memberikan solusi terkait apa yang menjadi permasalahan juri.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, cari yang nalarnya bagus karena anak dengan nalar yang bagus akan mudah dibimbing dan di arahkan, kelak anak akan bisa mengembangkan sebuah cerita dengan pemahamannya walaupun nanti siswa tersebut diberi tema-tema baru.
Ia menyebut, perjuangan para juri untuk mendapatkan juara yang kompeten bukan hal yang mudah karena sang juara akan terus maju mewakili Kecamatan ke tingkat Kabupaten.
Para juara FLS3N yang dipilih Juri, sambungnya, berdasarkan keputusan juri tentu saja tidak bisa diganggu gugat. Adapun para juri berasal dari guru jenjang pendidikan sekolah SD, SMP, SMA bahkan juga dari ISBI.
Asep Suparman menambahkan, sebelum melaksanakan tugasnya, seluruh juri diberikan arahan oleh ketua K3S.
"Junjung sportifitas, pilih juara yang sesuai dengan potensi dan skill yang dimilikinya. Bisa dipertanggungjawabkan mewakili kecamatan ke tingkat kabupaten," tegasnya.
Kegiatan FLS3N yang rutin dilaksanakan setiap tahun di tiap kecamatan yang ada di kabupaten Bandung Barat menjadi ajang lomba anak-anak SD dalam menunjukan potensi dan kemampuan yang dimilikinya.* (ysp)