RADAR JABAR - Lebih dari 50 warga di Gang Karyamas I, Jalan Moh. Toha, Kelurahan Pelindung Hewan, mengeluhkan gejala penyakit yang mirip dengan chikungunya, seperti demam tinggi, munculnya bintik-bintik, serta nyeri tubuh yang berlangsung selama beberapa minggu.
Keluhan ini dialami oleh sebagian warga di RW 09. Ketua RT 06, Evi (52), menjelaskan bahwa kondisi tersebut sudah terjadi sejak Desember tahun lalu. Awalnya, warga mengeluh demam tinggi, disertai rasa nyeri dan linu pada tubuh dan persendian, yang juga sempat dirasakan oleh Evi.
Dia menuturkan, sejumlah warga yang berobat pun hanya mendapatkan jawaban dari dokter bahwa mereka terserang virus. “Ada juga yang periksa, jawabannya (dokter) terkena sakit biasa,” ungkap Evi kepada Jabar Ekspres di kediamannya, Jumat (31/1).
Sayangnya, penyakit yang awalnya dianggap ringan ini meninggalkan rasa nyeri yang berlangsung selama berminggu-minggu. Hal tersebut dirasakan oleh Evi dan beberapa warga lainnya yang juga sempat terjangkit penyakit serupa virus chikungunya.
Untuk informasi, chikungunya adalah virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penyakit ini menyebabkan demam tinggi, nyeri sendi yang hebat, dan ruam pada kulit. Penderitanya sering mengalami kesulitan bergerak karena rasa sakit yang bertahan lama, bahkan hingga berbulan-bulan.
Gejala chikungunya sering disalahartikan sebagai demam berdarah. Namun, berbeda dengan demam berdarah yang ditandai dengan pendarahan, chikungunya lebih dikenal dengan nyeri sendi yang sangat menyiksa. Meskipun jarang berakibat fatal, penyakit ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari penderitanya.
“Hari pertama demam tinggi, hari kedua sakit pegel linu. Hari ketiga memang agak mendingan, lalu hari keempat muncul bintik-bintik. Ada juga yang engga. Selanjutnya nyisain pegal-pegal. Hingga sekarang,” keluh Evi.
BACA JUGA:DBD Bikin Cemas? Simak Cara Cegah Gigitan Nyamuk di Musim Hujan Ini!
BACA JUGA:Waspadai! 5 Tempat Nyamuk DBD Suka Nongkrong dan Cara Mengatasinya
Hal serupa juga dialami oleh warga lainnya, Cici (49), yang masih merasakan nyeri dan ngilu di sekujur tubuhnya. Meskipun telah beberapa waktu berlalu, tubuh Cici belum pulih sepenuhnya setelah terjangkit penyakit yang bergejala chikungunya tersebut.
Kondisi ini dirasakannya sejak Desember tahun lalu. Awalnya, rasa ngilu muncul di bagian kaki Cici, diikuti dengan demam dan mual. Setelah itu, nyeri pun menyebar ke seluruh tubuh, dan ruam atau bintik-bintik sempat muncul di kulitnya.
“Dulu gerak dan jalan susah. Sakit. Sekarang masih ada kerasa. Kami enggak tahu, apakah ini harus ada pencegahan, enggak? Tapi sejauh ini belum ada tindakan (pemerintah),” jelasnya.
Berdasarkan penelusuran Jabar Ekspres, gejala yang dirasakan sebagian warga RW09 memang mirip dengan penyakit akibat virus chikungunya. Namun, hingga berita ini diterbitkan, belum ada bukti atau hasil pemeriksaan medis yang mengonfirmasi bahwa sebagian warga RW09 terinfeksi virus chikungunya.
Sementara itu, Ketua RW09, Ika (59), telah melaporkan kondisi yang dialami warganya ke Puskesmas Kelurahan Pelindung Hewan. Ika juga telah mengajukan permintaan untuk dilakukan fogging sebagai langkah pencegahan penyebaran jentik nyamuk, namun pihak puskesmas menilai bahwa tindakan tersebut tidak akan efektif.
“Sakitnya itu, kadang-kadang bikin susah berdiri. Banyak (warga laporan). Ada yang ke dokter, ada yang enggak juga. Kata dokter terserang virus. Kita nanya ke dokter, enggak usah fogging juga. Mending bersih-bersih,” jelas Ika.
Intinya, menurut Ika, warga diminta untuk menjaga kebersihan guna mencegah penyebaran virus penyakit yang memiliki gejala mirip chikungunya. Apalagi, kondisi yang dialami oleh warga sudah berlangsung sejak Desember tahun lalu.
“Sakit (ngedrop) cuman tiga hari. Tapi penyakit pegel dikeluhkan warga masih terasa. Pihak puskesmas juga sudah tahu, dokter menyuruh bersih-bersih biar mencegah nyamuk,” imbuhnya.
Namun dirinya memastikan, kondisi saat ini yang dirasakan warganya terus membaik. “Alhamdulillah sekarang sudah agak menurun. Warga yang semula terkena penyakit berangsur-angsur pulih, tapi masih ada yang mengeluh rasa nyeri,” ucap Ika.
Secara terpisah, Kepala Puskesmas Kelurahan Pelindung Hewan, Dr. Riyanti, mengonfirmasi bahwa sebagian warga yang berobat saat ini mengeluhkan gejala yang mirip dengan chikungunya. Namun, secara spesifik, belum bisa dipastikan bahwa mereka terinfeksi penyakit tersebut.
Menurutnya, untuk mengetahui apakah seseorang terjangkit chikungunya, warga harus menjalani pemeriksaan serologi atau metode deteksi antibodi terhadap virus chikungunya. Sayangnya, puskesmas mereka belum memiliki fasilitas untuk melakukan pemeriksaan tersebut.
“Laporannya demam dan nyeri badan memang ada. Untuk memastikan diagnosa pasti (cikungunya) harus tes selorogi,” ujar Dr. Riyanti saat ditemui Jabar Ekspres, Jumat (31/1) sore.
Selain melakukan pemeriksaan dengan metode serologi, pihaknya juga meminta warga untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Hingga saat ini, pihak puskesmas hanya memberikan obat pereda nyeri dan demam kepada warga yang mengeluhkan gejala penyakit tersebut.
Dr. Riyanti juga mengimbau, selain mengutamakan PHBS, masyarakat harus lebih waspada dan menjaga daya tahan tubuh, mengingat kondisi cuaca yang tidak menentu saat ini.
“Yang pasti adalah istirahat cukup, pola makan terjaga. Lalu kebersihan lingkungan harus digalakan lagi,” pungkasnya.
Untuk mengetahui tren penyebaran virus chikungunya di Kota Bandung, wartawan Jabar Ekspres mencoba menghubungi Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, Anhar Hadian. Namun, hingga berita ini diterbitkan, upaya konfirmasi tersebut belum mendapatkan respons.