Gaza Idamkan Damai

Senin 13-01-2025,14:02 WIB
Editor : Erwin Mintara D. Yasa

NEGOSIASI tidak langsung antara Hamas dan Israel mencatat kemajuan ke arah kesepakatan gencatan senjata, ungkap sejumlah pejabat Palestina pada Minggu (12/1).

”Kami tidak jauh dari kesepakatan gencatan senjata jika Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menanggapi secara positif isu-isu utama yang sedang dibahas," ujar Tahir al-Nono, pejabat senior Hamas, dilansir dari laman Antara, Senin 13, Januari 2025.

Al-Nono menambahkan Hamas tetap bersikap "fleksibel" dalam bekerja sama dengan para mediator untuk mengakhiri konflik, sembari menekankan tujuan utama kelompok tersebut adalah "mengakhiri perang."

Pejabat Hamas kedua, yang namanya enggan disebutkan, menyatakan kerangka kerja akhir untuk kesepakatan gencatan senjata hampir rampung.

”Kami sudah sangat dekat mencapai kesepakatan gencatan senjata," tutur pejabat tersebut.

Dia mengungkapkan pula bahwa komite teknis yang melibatkan kedua pihak dan para mediator telah melakukan finalisasi persiapan untuk kesepakatan tersebut.

Menurut sejumlah sumber Hamas, kesepakatan yang diusulkan mencakup dua fase.

Pada fase awal, Hamas akan membebaskan beberapa sandera Israel, termasuk wanita, anak-anak, warga lanjut usia (lansia), dan kasus-kasus kemanusiaan.

Sebagai timbal balik, Israel akan membebaskan puluhan tahanan Palestina, menarik pasukannya dari sejumlah wilayah di Gaza, dan memfasilitasi pemulangan para pengungsi ke rumah mereka di Gaza utara.

Fase kedua, yang akan dinegosiasikan dalam fase pertama, diperkirakan akan membahas isu-isu yang lebih luas, termasuk gencatan senjata penuh, penarikan Israel, rekonstruksi Gaza, dan pertukaran tahanan yang komprehensif.

Anak-anak Palestina yang terlantar mengantri untuk mendapatkan air di tempat penampungan sementara di Deir al-Balah, Jalur Gaza tengah, pada 7 Januari 2025. ANTARA/Xinhua/Rizek Abdeljawad

Kemudian pada Minggu, Netanyahu menyampaikan kabar terbaru kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden via sambungan telepon terkait "kemajuan" negosiasi yang digelar di Doha tersebut.

Menurut pernyataan Gedung Putih, Biden menekankan "kebutuhan mendesak terkait gencatan senjata dan pemulangan para sandera."

Pada Sabtu (11/1), Netanyahu menginstruksikan delegasi senior untuk berangkat ke Doha guna memajukan negosiasi.

Delegasi tersebut, yang dipimpin oleh David Barnea, kepala dinas intelijen Israel Mossad, dan Ronen Bar, kepala badan keamanan dalam negeri Israel Shin Bet, menggelar pembicaraan dengan mediator Qatar dan pejabat AS.

Pernyataan dari kantor Netanyahu mengonfirmasi bahwa pembicaraan itu bertujuan untuk memastikan pembebasan sandera Israel yang ditahan di Gaza.

Juga pada Sabtu, Netanyahu bertemu dengan Steve Witkoff, utusan Timur Tengah yang akan menjabat dalam pemerintahan presiden terpilih AS Donald Trump, di Yerusalem.

Menurut sejumlah laporan media berbahasa Ibrani, Witkoff menyampaikan niat kuat Trump untuk memastikan kesepakatan sandera sebelum pelantikannya pada 20 Januari mendatang. Saluran berita Channel 12 melaporkan Witkoff mendesak Netanyahu untuk memastikan kedua pihak menunjukkan fleksibilitas untuk memfinalkan kesepakatan.

Warga Palestina terlihat di lokasi rumah yang hancur setelah pemboman Israel, di Deir al-Balah, Jalur Gaza tengah, pada 8 Januari 2025. ANTARA/Xinhua/Rizek Abdeljawad

Di Gaza, warga memantau perkembangan perundingan itu secara saksama, berharap konflik yang sedang berlangsung itu segera berakhir.

Mohsen Madi (42), yang meninggalkan Gaza City bersama keluarganya menuju Deir al-Balah pada awal perang, mengungkapkan keinginannya terkait resolusi konflik itu.

”Selama lebih dari 15 bulan, kami telah menanggung perang, kemiskinan, dan kelangkaan kebutuhan dasar. Kami berharap ada kesepakatan yang akan mengakhiri penderitaan kami," tuturnya.

Zainab Shaaban (28), yang mengungsi dari Gaza City ke area Al-Mawasi di Gaza selatan, juga menyampaikan pendapat senada. "Saya ingin pulang ke rumah saya dan berkumpul lagi dengan keluarga saya. Kami merindukan kehidupan yang kami jalani sebelum perang," ujarnya.

Konflik tersebut, yang dimulai pada 7 Oktober 2023 usai serangan Hamas di Israel selatan yang mengakibatkan sekitar 1.200 orang tewas dan sekitar 250 orang disandera, telah menyebabkan kehancuran yang meluas.

Otoritas kesehatan yang berbasis di Gaza pada Minggu melaporkan jumlah warga Palestina yang tewas akibat serangan Israel bertambah menjadi 46.565 jiwa.

Kategori :