6 Penyebab Pria Zaman Sekarang Lebih Lemah Dibanding Zaman Dulu

Jumat 13-12-2024,20:42 WIB
Reporter : Wanda Novi
Editor : Wanda Novi

Kelebihan waktu luang ini sering kali membuat mereka terjebak dalam pikiran negatif, seperti terlalu memikirkan wanita atau berkhayal tentang hubungan yang bersifat fisik dengan wanita yang tidak dapat mereka jangkau.

Hal ini membuat banyak pria kecanduan PMO (Pornografi, Masturbasi, dan Orgasme), yang berdampak buruk pada kepercayaan diri mereka. Wajah mereka menjadi kurang bercahaya, dan mereka kesulitan berinteraksi dengan wanita di dunia nyata karena terbiasa melihat wanita hanya sebagai objek nafsu.

Padahal, wanita adalah manusia biasa yang memiliki perasaan, sama seperti pria. Oleh karena itu, penting bagi pria untuk memiliki tujuan hidup yang jelas dan menyibukkan diri dengan hal-hal yang produktif.

3. Dopamin Instan

Di era teknologi yang serba instan, pria zaman sekarang sangat mudah mendapatkan dopamin (hormon kebahagiaan) dalam waktu singkat. Dengan bermodalkan gadget, mereka dapat memuaskan kebutuhan kesenangan tanpa usaha fisik sama sekali.

Berbeda dengan pria di masa lalu, yang mencari kebahagiaan melalui aktivitas sehat seperti melukis, bermain di alam, atau bercocok tanam, pria zaman sekarang sering kali mengandalkan sumber dopamin yang tidak seimbang. Kesenangan instan ini memang tidak salah, tetapi seharusnya ada batasannya. Misalnya, dengan tetap mengimbangi aktivitas tersebut melalui olahraga atau kegiatan fisik lainnya.

Sayangnya, banyak pria saat ini terlalu bergantung pada sumber dopamin instan dari gadget atau makanan dan minuman tinggi gula. Hal ini menyebabkan fisik mereka menjadi lemah. Bahkan, beberapa pria mengalami obesitas di usia muda, yang seharusnya menjadi masa produktif mereka. Akibatnya, mereka harus menjalani perawatan kesehatan atau pengobatan rutin pada usia yang masih terbilang muda.

4. Prinsip Hidup

Kita semua tentu mengenal Bung Hatta, seorang tokoh yang terkenal dengan gaya hidup sederhana dan jauh dari kemewahan. Salah satu hal yang membuat beliau terlihat kuat dan berkarisma adalah prinsip hidupnya. Bung Hatta sangat menghargai etika dan integritas dalam setiap tindakannya, baik dalam kehidupan pribadi maupun di dunia politik.

Bahkan, beliau berani mengundurkan diri dari jabatan Wakil Presiden karena tidak sejalan dengan kebijakan Presiden Soekarno yang cenderung terpusat. Keputusan ini menunjukkan bahwa Bung Hatta lebih memilih mempertahankan prinsip dan idealismenya daripada mempertahankan kekuasaan.

Berbeda dengan pria zaman sekarang, banyak yang tidak memiliki prinsip hidup yang kuat. Mereka cenderung merendahkan diri di depan wanita, enggan memutuskan hubungan dengan wanita yang bersifat toksik, dan bahkan memuja wanita secara berlebihan.

Padahal, prinsip hidup sangat penting bagi pria. Dengan memiliki prinsip yang kuat, orang lain, termasuk wanita yang bersifat toksik, tidak akan berani memperlakukan mereka dengan semena-mena.

5. FOMO (Fear of Missing Out)

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak pria zaman sekarang memiliki mental FOMO, yaitu mudah mengikuti tren yang tidak jelas dan kurang bermanfaat bagi dirinya sendiri. Sifat ini sering kali membuat mereka tertinggal dan memunculkan rasa takut melewatkan sesuatu yang sebenarnya tidak penting.

Akibatnya, pria zaman sekarang sering terlihat lemah karena terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain. Hal ini menimbulkan kegelisahan dan perasaan tidak puas terhadap diri sendiri. Sifat FOMO ini berkaitan erat dengan kurangnya prinsip hidup yang kokoh, seperti yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya.

6. Iri dan Dengki

Kita sering melihat seseorang memposting kerja keras atau pencapaian di media sosial. Namun, alih-alih mendapat apresiasi, orang tersebut justru dihujat dengan komentar negatif atau dianggap beruntung semata (hoki).

BACA JUGA:6 Ciri-ciri Pria Redflag saat First Date, Kamu Wajib Tahu!

BACA JUGA:10 Sifat Wanita yang Buat Pria Klepek-Klepek Jatuh Hati

Bukannya belajar dari pengalaman dan pencapaian orang tersebut, banyak pria zaman sekarang justru merasa iri dan dengki. Sebenarnya, mereka ingin berada di posisi yang sama, tetapi karena merasa tidak mampu, mereka melampiaskan rasa kecewa terhadap diri sendiri dengan komentar buruk menggunakan akun anonim (second account).

Kategori :