4 Pola Pikir Toksik yang Terdengar Positif Ini Bisa Rusak Hidup Anda

Rabu 11-12-2024,09:14 WIB
Reporter : Wanda Novi
Editor : Wanda Novi

RADAR JABAR - Pernahkah Anda memikirkan masa depan Anda sendiri? Misalnya, apa yang ingin Anda capai, bagaimana cara mendapatkan penghasilan, dan apakah Anda akan bahagia di masa depan?

Kami yakin sebagian besar dari Anda pernah mengalami kebingungan semacam itu, dan rasanya tentu tidak nyaman. Namun, apakah Anda tahu bahwa kebingungan itu bukanlah bagian terburuknya?

Bagian terburuknya adalah ketika kebingungan tersebut disertai dengan pola pikir toksik atau tidak sesuai dengan realitas. Pola pikir semacam ini justru dapat menjerumuskan Anda ke situasi yang lebih buruk.

Sebagai contoh, ketika Anda bingung tentang cara mencari uang tetapi memiliki pola pikir seperti, "Uang itu bukan segalanya," hal ini dapat menurunkan motivasi Anda untuk berusaha mencari penghasilan. Padahal, realitanya, hampir segala hal di dunia ini membutuhkan uang.

Jadi, meskipun uang bukanlah segalanya, segala sesuatu memerlukan uang. Ini hanya salah satu contoh kecil dari berbagai pola pikir yang tidak sesuai realitas dan dapat merusak masa depan Anda.

BACA JUGA:5 Langkah Mengatasi Keluarga Toksik, Jangan Takut Mengikuti Cara Ini

BACA JUGA:5 Tanda Kamu Terjebak Dalam Hubungan Toxic Relationship

Untuk itu, kami akan membahas empat pola pikir toksik yang tidak sesuai realita yang masih banyak dianut di masyarakat kita. Memahami hal ini penting agar kita dapat terhindar dari dampak buruknya terhadap masa depan, keuangan, dan kebahagiaan kita. Siapa tahu, salah satu pola pikir toksik yang terdengar positif ini masih ada dalam pikiran Anda.

1. Percaya Takdir tapi Lupa Ikhtiar

Kita akan mulai dari salah satu pola pikir toksik yang paling sering ditemukan dan memiliki dampak besar pada masa depan seseorang, yaitu percaya pada takdir tetapi lupa berikhtiar.

Dua tahun lalu, ketika saya baru memulai perjalanan di dunia konten, saya mencoba serius membuat konten di TikTok. Saat itu, akun saya tidak berkembang, dan jumlah penonton sangat sedikit. Dalam situasi itu, saya menerima komentar negatif dari seseorang yang berkata, "Mungkin takdir kamu bukan di dunia konten."

Komentar tersebut membuat saya berpikir, apakah benar takdir saya bukan di dunia konten, atau justru usaha saya yang belum maksimal? Akhirnya, saya memutuskan untuk percaya bahwa usaha saya yang kurang. Mengapa? Karena pada kenyataannya, tidak ada manusia yang benar-benar tahu tentang takdirnya.

Namun, anehnya, kita sering menemukan orang-orang yang dengan mudah menyalahkan takdir, padahal mereka belum sungguh-sungguh berusaha. Mereka berkata, "Oh, memang ini takdirnya," meskipun usaha mereka belum maksimal. Jika saat itu saya lebih memilih untuk menyerah dan menyalahkan takdir, maka saya tidak akan pernah mencapai hasil seperti sekarang.

Percaya pada takdir itu penting, tetapi jangan sampai menjadi penghalang untuk berusaha. Tuhan tidak hanya meminta kita percaya pada takdir, tetapi juga memerintahkan kita untuk berusaha. Realitanya, takdir adalah sesuatu yang harus kita yakini, tetapi bukan untuk dijadikan alasan berhenti berusaha.

Jadi, jika Anda memiliki impian—misalnya ingin mencapai cita-cita tertentu atau memiliki sesuatu yang Anda idamkan, seperti mobil—jangan biarkan impian Anda terkubur oleh pola pikir toksik yang tidak sesuai dengan kenyataan. Tetaplah berusaha dengan sungguh-sungguh, karena ikhtiar adalah bagian dari perjalanan menuju takdir yang lebih baik.

2. Realita Rasa Sakit

Pola pikir berikut ini sering diasosiasikan dengan generasi Z, yaitu menghindari rasa sakit atau ketidaknyamanan.

Kategori :