RADAR JABAR - Kim Yo Jong, adik Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, menuduh Korea Selatan menyebarkan selebaran propaganda di dekat perbatasan kedua negara. Tuduhan tersebut disampaikan melalui pernyataan resmi yang dirilis kantor berita KCNA pada Minggu (17/11).
"Pada 16 November, beragam jenis selebaran agitasi politik dan hal-hal kotor yang dikirim oleh 'sampah' ROK dijatuhkan di sejumlah daerah dekat perbatasan selatan dan bahkan di daerah pedalaman DPRK,"ujar Kim Yo Jong.
Diketahui bahwa Kim Yo Jong, yang juga menjabat sebagai Wakil Direktur Departemen Komite Sentral Partai Buruh Korea, mengatakan bahwa dinas keamanan Korut dikerahkan untuk mencari, mengumpulkan, dan memusnahkan selebaran tersebut. Ia memastikan wilayah yang terdampak telah diamankan.
Ia mengecam keras tindakan tersebut, menyebutnya "memalukan dan menjijikkan," serta menuduh Korea Selatan mengabaikan berbagai peringatan yang telah disampaikan oleh pemerintah Korut. Kim memperingatkan bahwa pihak yang bertanggung jawab atas insiden ini akan "membayar harga mahal."
BACA JUGA:Donald Trump Janji Akhiri Konflik Rusia-Ukraina
BACA JUGA:AS Tegaskan Komitmen Cegah Iran Memiliki Senjata Nuklir
Hubungan antara kedua Korea semakin memburuk sejak pertengahan Oktober 2024, setelah Korea Utara memutus akses jalan raya dan rel kereta yang menghubungkan kedua negara.
Selain itu, Korea Utara juga mengamendemen konstitusinya, menetapkan Korea Selatan sebagai negara musuh dan menegaskan bahwa hubungan keduanya akan diperlakukan sebagaimana hubungan dengan negara-negara musuh lainnya.
Korea Utara juga menyatakan tidak lagi menganggap Korea Selatan sebagai mitra dalam upaya reunifikasi, melainkan sebagai negara yang independen dan terpisah secara penuh.
Diketahui sebelumnya bahwa pada, 15 Oktober 2024, Korea Utara menghancurkan sejumlah ruas jalan dan jalur kereta api yang menghubungkan kedua negara di wilayah perbatasan. Langkah ini merupakan realisasi dari ancaman sebelumnya untuk memutus sepenuhnya hubungan antar-Korea dan memperkuat pertahanan di wilayah perbatasan.
Hanya sehari setelah aksi peledakan tersebut, Korea Utara melaporkan bahwa sebanyak 1,4 juta pemuda telah mendaftar atau kembali bergabung dengan militer sebagai respons terhadap situasi yang semakin memanas. Hal tersebut membuat Ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan meningkat drastis.