Inilah beberapa alasan mengapa sebaiknya Anda tidak perlu memberi uang kepada tukang parkir liar jika tidak dalam kebutuhan mendesak.
1. Tidak Bayar Pajak
Pertama, tukang parkir liar jelas tidak membayar pajak. Bagaimana cara memungut pajaknya jika mereka tidak terdaftar secara resmi?
Setelah mendapatkan penghasilan yang bisa mencapai jutaan rupiah, tukang parkir liar ini tentu dapat menggunakan uangnya untuk berbagai kebutuhan, seperti membeli motor, mobil bekas, membangun rumah dua lantai, dan kebutuhan konsumtif lainnya.
Secara kasat mata, mereka memang tampak menggerakkan ekonomi lokal, berbeda dengan pekerja kantoran yang berpenghasilan tetap.
2. Tidak Menghasilkan Produk/Jasa
Tukang parkir liar ini sebenarnya tidak menghasilkan atau memproduksi apa pun. Mereka hanya menjual janji akan menjaga kendaraan seorang pelanggan tanpa menjamin keamanan kendaraan itu sendiri. Banyak kasus kendaraan maupun perlengkapannya yang dijaga tukang parkir liar masih bisa dicuri orang lain.
3. Tidak Menyerap Tenaga Kerja
Mereka tidak seperti pabrik yang menyerap tenaga kerja, membeli bahan mentah dari petani, sehingga memberi dampak positif bagi petani dan pengusaha lain dalam rantai produksi. Pabrik yang berdiri memberi lapangan kerja dan menggerakkan ekonomi secara langsung.
Sebaliknya, para pekerja formal, terutama mereka yang menerima upah minimum (UMR), dikenakan pajak yang mendukung pendapatan negara. Padahal, pendapatan negara dari pajak ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan uang yang beredar di masyarakat, terutama di sektor informal yang tidak terpantau.
4. Menyebabkan Inflasi
Banyaknya tukang parkir liar yang tidak membayar pajak, namun tetap dapat hidup konsumtif, berpotensi menyebabkan inflasi. Hal ini terjadi karena tingginya permintaan barang konsumsi tanpa diimbangi oleh peningkatan pendapatan negara.
Pabrik dan distributor barang konsumtif dapat menaikkan harga secara signifikan akibat permintaan yang meningkat, sementara negara tidak memiliki dana pajak yang memadai untuk mengendalikan harga melalui kebijakan ekonomi.
Secara prinsip ekonomi, ketika masyarakat terlihat “makmur” dengan permintaan yang tinggi, harga-harga akan naik. Meskipun di atas kertas pertumbuhan ekonomi tampak baik dengan angka, misalnya, 5%, kondisi ini sebenarnya menunjukkan adanya ketidakseimbangan yang perlu diwaspadai.
Namun, sayangnya, semua itu hanya data bayangan yang tidak mencerminkan kondisi ekonomi rakyat sesungguhnya. Masalahnya adalah ketika inflasi terjadi sementara gaji Anda tetap pada tingkat UMR yang tidak naik, Anda pada akhirnya akan mengajukan tuntutan kenaikan gaji.
5. Penghasilan Tukang Parkir Berpotensi Mengalir ke Pejabat Daerah
Gaji beberapa rekan Anda mungkin naik, tetapi ada juga risiko Anda malah terkena PHK dan beralih ke pekerjaan informal, seperti menjadi tukang parkir liar. Siklus ini terus berulang, hingga inflasi yang terjadi bisa berubah menjadi hiperinflasi.
BACA JUGA:Dinas Perhubungan Kota Bandung Memperketat Pengawasan Untuk Mencegah Parkir Liar
BACA JUGA:Dishub Amankan Oknum Juru Parkir Patok Rp150 Ribu Di Tamansari Bandung
Anggapan bahwa tukang parkir liar tidak membuat Anda semakin miskin hanya karena biaya parkirnya sebesar Rp2.000 saja adalah keliru. Kenyataannya, keberadaan mereka justru mendorong inflasi dan memperkaya mereka, sementara Anda semakin terbebani secara finansial.
Anda mungkin hanya membayar Rp2000 untuk sekali parkir, tapi tukang parkir liar tidak hanya mendapatkan jumlah uang tersebut dari Anda saja. Mereka bisa mendapatkannya dari ratusan orang. Dengan uang itu mereka bisa berfoya-foya, sedangkan penghasilan Anda hanya segitu saja.