RADAR JABAR - Di era digital seperti sekarang, kita sering melihat banyak anak muda yang telah mencapai kebebasan finansial di usia yang sangat muda, bahkan di usia 20-an. Kebebasan finansial yang dulu kita anggap hanya bisa dicapai di usia yang lebih tua, kini justru berhasil diraih oleh banyak anak muda yang usianya masih sangat muda.
Kebebasan finansial adalah kondisi di mana seseorang memiliki cukup banyak uang atau pendapatan pasif untuk memenuhi kebutuhan hidup tanpa harus bekerja lagi. Artinya, mereka tidak perlu lagi bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari—mereka bisa makan dan minum seumur hidup tanpa harus khawatir tentang pekerjaan, karena uang yang mereka miliki sudah cukup untuk menopang hidup sampai akhir hayat.
Namun, dari banyaknya anak muda yang flexing atau memamerkan kekayaan mereka di media sosial, apakah kita yakin mereka semua sudah mencapai kebebasan finansial? Ataukah ini hanya ilusi yang mereka ciptakan? Meski begitu, mari kita kesampingkan hal tersebut terlebih dahulu. Fokus utama kita adalah bagaimana cara mereka melakukannya dan bagaimana mereka mendapatkan uang dalam jumlah besar.
Dulu, anggapan umum adalah untuk sukses, kita harus menjadi pegawai negeri atau memulai dari bawah di dunia korporat, bekerja lembur, dan menunggu promosi bertahun-tahun. Namun sekarang, dengan adanya internet, peluang untuk mencari uang jauh lebih terbuka.
Ingin berjualan? Bisa dari rumah. Ingin menjadi influencer? Tinggal buat konten. Dunia digital ini telah membuka banyak jalan untuk mencari uang. Tapi, bukan berarti mudah. Mencoba pun belum tentu berhasil.
Apakah sulit? Tentu saja sulit. Apakah bisa berhasil? Tentu saja bisa. Banyak orang berpikir bahwa mereka yang sukses hanya beruntung atau mendapatkan uang secara instan melalui cara-cara yang tidak benar. Padahal, kenyataannya mereka sukses karena fokus dan disiplin.
BACA JUGA:Kenali 3 Tujuan Utama Berhemat, Bukan Hanya Agar Kaya
BACA JUGA:5 Negara dengan Kekayaan Alam Paling Melimpah di Dunia
Mereka menetapkan tujuan yang jelas sejak awal dan tidak pernah melepaskan pandangan dari tujuan tersebut. Setiap hari, mereka konsisten melakukan hal-hal kecil yang membawa mereka lebih dekat ke tujuan. Mereka tidak pernah membuang waktu untuk hal-hal yang tidak penting.
Mereka tidak menghabiskan waktu untuk scrolling media sosial atau nongkrong-nongkrong dan mabuk-mabukan tanpa tujuan. Mereka paham bahwa waktu adalah aset paling berharga, sehingga mereka memanfaatkannya sebaik mungkin untuk hal-hal produktif.
Anda mungkin berpikir bahwa mereka tidak pernah gagal—tentu saja pernah, tetapi perbedaannya adalah mereka selalu bangkit dan belajar dari kegagalan.
Namun, ada anggapan seperti, "Tapi kan, dia punya privilege, ayahnya kaya, dia hanya meneruskan usaha ayahnya." Jika Anda miskin dan berpikir seperti itu, maka Anda sudah terjebak dalam siklus kemiskinan selamanya.
Apakah menurut Anda, ponsel yang Anda gunakan untuk menonton video di YouTube bukan sebuah privilege? Atau kuota internet yang Anda gunakan untuk scrolling media sosial bukan sebuah privilege juga? Privilege tidak selalu berarti memiliki orang tua yang kaya.
Anak-anak muda yang sukses itu bukan hanya bekerja keras, tetapi juga pintar dalam memilih industri yang tepat. Mereka tidak membuang waktu di berbagai industri tanpa arah, dan mereka tidak sembarangan melakukan diversifikasi.
Sebaliknya, mereka fokus pada satu industri dan memahami bahwa teknologi serta digitalisasi adalah masa depan. Karena itu, mereka masuk ke dunia seperti startup, cryptocurrency, bisnis online, atau menjadi content creator—industri-industri yang berkembang sangat pesat dan memiliki potensi luar biasa.