Film ini berhasil menggabungkan elemen budaya Jepang dan Indonesia dengan kehadiran Tetsuya (Shogen Itokazu), seorang peneliti asal Jepang yang tinggal di desa yang sama dengan Wening dan Tirta.
Burung bangau, simbol harapan dalam budaya Jepang, sering muncul dalam cerita, sementara tradisi lokal Jawa Tengah, seperti ritual kungkum di kedung, menambah unsur budaya Indonesia. Akulturasi budaya ini bukan sekadar latar, tetapi juga memperkuat nuansa mistis dan estetika film.
Sebelumnya, Yosep Anggi Noen telah mengerjakan film-film populer serta yang ditayangkan di festival internasional, seperti Istirahatlah Kata-Kata (2016), The Science of Fiction (2019), dan 24 Jam Bersama Gaspar (2023).