Ada data yang menunjukkan bahwa vitamin E dapat menyebabkan efek berbahaya, yaitu penyakit hemoragik (pendarahan) yang bersifat toksik. Pendarahan ini dapat terjadi di berbagai bagian tubuh, bergantung pada lokasinya.
Jika terjadi di otak, dapat menyebabkan stroke. Jika terjadi di jantung, bisa mengakibatkan serangan jantung atau angina pectoris.
BACA JUGA:5 Buah yang Mengandung Vitamin D: Pilihan Sehat untuk Kesehatan Tubuhmu
BACA JUGA:Ternyata Ini 5 Daftar Sayuran yang Mengandung Vitamin A, Baik Untuk Kesehatan Tubuh
Dosis yang berpotensi menyebabkan hemoragik ini adalah 400 IU per hari selama 1,4 tahun, atau 300 IU per hari selama tiga setengah tahun, serta 50 unit internasional per hari selama enam tahun.
Mengingat kebutuhan harian vitamin E hanya 15 mg, konsumsi yang melebihi batas tersebut selama bertahun-tahun bisa berbahaya. Bahkan, penggunaan 400 IU vitamin E dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker prostat.
Vitamin E dapat diibaratkan seperti pisau bermata dua. Oleh karena itu, sangat penting untuk bijak dalam menentukan dosis yang dikonsumsi. Di pasaran, terdapat berbagai produk vitamin E seperti Natur-E yang memiliki dosis 300 IU dan 100 IU, serta Ever-E dengan dosis 250 IU.
Hal yang perlu dipertimbangkan adalah durasi penggunaan vitamin E dalam dosis tinggi. Sebaiknya, konsumsi vitamin E dosis tinggi tidak melebihi tiga bulan. Setelah tiga bulan, dosisnya sebaiknya dikurangi.
Pemilihan antara dosis 100, 250, atau 300 unit internasional bergantung pada asupan makanan harian Anda. Jika Anda jarang mengonsumsi sayuran atau kacang-kacangan—yang merupakan sumber vitamin E alami seperti bayam, sawi, kangkung, minyak sayur, minyak zaitun, hingga minyak goreng—maka Anda mungkin memerlukan suplemen dengan dosis yang lebih tinggi.
Namun, pastikan Anda bijak dalam menggunakan suplemen vitamin E. Penggunaan jangka panjang, terutama suplemen sintetis, terbukti dapat berbahaya bagi kesehatan.