RADAR JABAR - Pada awal Juli 2024, UNESCO mengejutkan dunia dengan mengeluarkan peringatan keras bahwa 90% permukaan daratan bumi berpotensi rusak pada tahun 2050. Prediksi yang mengkhawatirkan ini mengingatkan kita semua akan ancaman besar terhadap kehidupan manusia dan lingkungan.
Di beberapa negara, tanda-tanda kerusakan ini bahkan sudah terlihat, salah satunya di Spanyol. PBB memperkirakan bahwa 74% wilayah Spanyol sedang dalam proses penggurunan, dan 18% wilayahnya akan mengalami penggurunan permanen jika tidak segera ditangani. Pada tahun 2100, sebagian besar wilayah Spanyol diperkirakan akan berubah sepenuhnya menjadi gurun.
Penggurunan di Spanyol mungkin tidak akan membentuk bukit pasir seperti di Sahara, melainkan berupa degradasi tanah yang parah, termasuk penurunan kesuburan tanah dan pengurangan kandungan organiknya.
Sebagai pengekspor utama produk pertanian ke Eropa, Spanyol sangat bergantung pada tanahnya. Sayangnya, penggurunan ini telah mengancam keberlanjutan sektor pertanian di negara tersebut. Wilayah pertanian terbesar di Spanyol, seperti Andalusia, Murcia, dan Valencia, telah mengalami penurunan yang signifikan.
Ekstremnya penggurunan di Spanyol terlihat jelas pada tahun 2023, ketika Spanyol mengalami peristiwa bersejarah, yaitu kekeringan terburuk dalam hampir satu abad. Di kota Almeria, Andalusia, yang merupakan pusat industri pertanian Spanyol, curah hujan tahunan rata-rata seharusnya mencapai 400 mm.
Namun, pada tahun 2023, tidak ada setetes pun hujan yang turun selama 150 hari. Akhirnya, pada bulan Mei, lebih dari 200 mm hujan turun dalam satu minggu, yang justru menyebabkan banjir.
BACA JUGA:Taman Sampora Legok Cibinong Terbengkalai Akibat Kekeringan, Banyak Fasilitas Rusak
BACA JUGA:Pemkab Bekasi Terjunkan Tim Kaji Cepat untuk Tangani Kekeringan di Tujuh Kecamatan
Spanyol sebenarnya memiliki gurun alami, yaitu Gurun Tabernas di Almeria, satu-satunya gurun di Eropa. Tempat ini menjadi daya tarik wisata dan sering dijadikan lokasi syuting film koboi. Namun, Spanyol tidak pernah menyangka bahwa sebagian besar wilayahnya akan berubah menjadi gurun.
Ketika hal itu terjadi, kebanggaan atas Gurun Tabernas mungkin akan sirna, karena penggurunan yang meluas justru akan menjadi masalah besar bagi perekonomian dan kelangsungan hidup rakyatnya.
Menurut badan meteorologi Spanyol, setiap tahun sekitar 1.500 km² lahan di negara tersebut berubah menjadi gurun. Ini sangat mengkhawatirkan karena pertanian membutuhkan banyak air, dan dengan meluasnya penggurunan, produksi pertanian akan semakin menurun.
Masalah ini semakin kompleks karena tidak hanya tanaman yang membutuhkan air, tetapi penduduk juga sangat memerlukan air bersih.
Meski dikelilingi lautan, wilayah internal Spanyol saat ini mengalami krisis air yang parah. Di beberapa wilayah seperti Valencia, Murcia, Castile-La Mancha, dan Extremadura, cadangan air telah menurun hingga 40% dari kapasitas totalnya.
Pada awal 2024, wilayah Barcelona dan Catalunya sudah mengumumkan kekeringan terburuk dalam sejarah mereka. Pemerintah Catalunya memberlakukan pembatasan air pertama kali sejak November 2022, melarang penduduk mencuci bagian luar rumah dan mobil mereka, serta mengisi kolam renang.
Pengurangan air juga diterapkan pada irigasi tanaman industri. Sementara itu, Dewan Kota Barcelona menghentikan penggunaan air minum untuk mengisi air mancur umum dan membersihkan jalanan. Namun, hingga tahun 2024, situasi kekeringan justru semakin memburuk, menjadikan Spanyol sebagai negara dengan krisis air terparah di Eropa.