Indonesia Dorong Transisi Energi dan Pengembangan Industri Hijau untuk Pertumbuhan Ekonomi Jangka Panjang

Kamis 05-09-2024,11:37 WIB
Reporter : Salma Sepina Nurdini
Editor : Salma Sepina Nurdini

RADAR JABAR - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan bahwa transisi energi di Indonesia tidak hanya berfokus pada pengurangan emisi, tetapi juga pada pengembangan industri hijau untuk mendukung perekonomian jangka panjang. 

Dalam Sesi Plenari Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 di Jakarta, Kamis (5/9), Luhut menekankan pentingnya kolaborasi global dan investasi untuk mempertahankan dan mempercepat transisi energi yang berkelanjutan.

Ia menegaskan bahwa langkah ini bertujuan untuk memastikan pertumbuhan ekonomi, keamanan energi, dan mitigasi perubahan iklim dapat berjalan tanpa mengorbankan aspek penting lainnya.

"Transisi energi kami tidak hanya berfokus pada pengurangan emisi tetapi juga pada mendorong pertumbuhan ekonomi dengan mengembangkan industri hijau yang akan menopang perekonomian kami dalam jangka panjang," ujar Luhut.

BACA JUGA:12 Daftar Link Try Out CPNS 2024 Gratis, Cepat Cek di Sini!

BACA JUGA:Server e-Materai Error, BUMN Perum Peruri Buka Suara

Sebagai bagian dari akselerasi transisi energi, Indonesia telah membentuk Gugus Tugas Transisi Energi Nasional. Salah satu inisiatifnya adalah kemitraan melalui Just Energy Transition Partnership (JETP) dengan International Partners Group (IPG) dan Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ), yang telah mengidentifikasi lebih dari 400 proyek prioritas di sektor ketenagalistrikan untuk didanai.

Luhut juga menekankan bahwa setiap negara memiliki cara yang berbeda dalam menunjukkan komitmen terhadap dekarbonisasi, sesuai dengan kapasitas fiskal, teknologi, dan stabilitas politik masing-masing. Oleh karena itu, solusi transisi energi harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi negara bersangkutan.

"Negara-negara berkembang harus terus tumbuh sambil juga mengurangi emisi. Kita tidak dapat 100 persen menerapkan solusi dari negara-negara maju, karena kapasitas fiskal, akses teknologi, dan realitas politik mereka sangat berbeda. Setiap negara harus memilih dan menerapkan strategi berdasarkan konteks dan kebutuhannya sendiri,” ujarnya.

Forum ISF 2024, yang berlangsung pada 5-6 September 2024, menjadi platform bagi para pemimpin dunia untuk bertukar pikiran, berbagi pengetahuan, dan memberikan solusi terbaik dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.*

Kategori :