RADAR JABAR - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa Indonesia selalu mampu membedakan diri dari pasar negara berkembang (emerging markets/EMs). Meskipun Indonesia termasuk dalam kategori EMs, pemerintah berusaha menghapus stigma tersebut untuk mendorong lebih banyak investasi dan pertumbuhan ekonomi.
“Kita biasanya digrupkan atau dikelompokkan dalam emerging markets. Indonesia selama ini selalu mampu membedakan diri dengan emerging markets supaya kita tidak terkena stigma sebagai emerging markets yang vulnerable (rentan). Ini penting di dalam pengelolaan dan juga komunikasi, serta eksekusi kebijakan fiskal dan kemudian moneter untuk menjaga stabilitas makro kita,” ujarnya dalam Konferensi Pers Kondisi Fundamental Ekonomi Terkini dan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2025 di Jakarta, Senin (24/6).
Menurutnya, kinerja ekonomi Indonesia relatif tangguh dibandingkan dengan negara-negara EMs lainnya. Negara-negara seperti Brasil, Meksiko, Kolombia, Hungaria, Korea Selatan, Thailand, dan Chile mengalami koreksi besar akibat kecenderungan suku bunga tinggi, harga komoditas yang fluktuatif, dan aliran modal keluar asing yang menyebabkan depresiasi nilai tukar dan pergerakan yield.
“Indonesia dibandingkan dengan negara-negara yang disebut atau dalam hal ini emerging markets yang dianggap prominen, Indonesia masih relativity (relatif) dalam kondisi yang resilien,” ucap Menkeu.
BACA JUGA:Arab Saudi Berhasil Berikan Layanan Kesehatan Kepada 1,3 Juta Jemaah Haji 2024
Sebagai perbandingan, depresiasi nilai tukar Indonesia sebesar 6,51 persen ytd lebih baik dibanding Brasil 11,96 persen ytd, Korea Selatan 7,29 persen ytd, Kolombia 7,19 persen ytd, Thailand 6,96 persen ytd, Chile 6,93 persen ytd, Meksiko 6,77 persen ytd, dan Hungaria 6,63 persen ytd.
Selain itu, yield SBN 10 tahun Indonesia sebesar 51 basis points (bps) ytd lebih stabil dibandingkan Brazil 169,5 bps ytd, Meksiko 135,4 bps ytd, Hungaria 97 bps ytd, Kolombia 85,9 bps ytd, dan Chile 73 bps ytd.
Pertumbuhan ekonomi kuartal I-2024 Indonesia mencapai 5,11 persen, lebih tinggi dibanding Korea Selatan 3,3 persen, Brasil 2,5 persen, Chile 2,3 persen, Meksiko 1,6 persen, Thailand 1,5 persen, Hungaria 1,1 persen, dan Kolombia 0,7 persen.
BACA JUGA:Sidang Perdana Praperadilan Kasus Pembunuhan Vina di Cirebon Ditunda Hingga 1 Juli
Rasio Debt-to-GDP (Produk Domestik Bruto) Indonesia pada 2023 sebesar 39,3 persen, lebih rendah dibanding Meksiko 49,1 persen, Korea Selatan 49,8 persen, Thailand 61,98 persen, Kolombia 64,3 persen, dan Hungaria 73,5 persen.
Terkait inflasi yoy per Mei 2024, Indonesia relatif lebih baik dengan angka 2,84 persen, dibandingkan Brasil 3,93 persen, Hungaria 4 persen, Chile 4,1 persen, Meksiko 4,69 persen, dan Kolombia 7,16 persen.
“Ini (semua) disebabkan karena selama ini policy fiskal kita cukup hati-hati dan prudent dan ini memberikan jangkar atau anchor terhadap stabilitas kita,” ujar Sri Mulyani.*