RADAR JABAR - Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba, pada hari Selasa (19/3), yakin bahwa Amerika Serikat akan memberikan bantuan kepada Kiev, meskipun Kongres belum menyetujui paket bantuan senilai 60 miliar dolar AS (Rp944 triliun) untuk negara yang sedang dilanda perang itu.
"Pertama, saya pikir bantuan Amerika akan datang. Kedua, kami melihat mitra Eropa kami secara signifikan meningkatkan produksi dan pembelian militer mereka di negara ketiga untuk membantu Ukraina," ujar Kuleba kepada wartawan dalam konferensi pers online.
Kuleba menyatakan bahwa langkah-langkah yang dilakukan oleh mitra-mitra Kiev di Eropa membantu mengatasi hambatan yang diakibatkan oleh penundaan keputusan Kongres AS. Meskipun demikian, menurutnya, hal tersebut tidak sepenuhnya mengatasi masalah tetapi membantu mengurangi tekanan.
BACA JUGA:Pasukan Israel Bunuh Fayeq al-Mabhouh Kepala Polisi Serta Koordinator Bantuan Kemanusiaan di Gaza
Menanggapi kekurangan persenjataan, Kuleba menyatakan bahwa "penggunaan senjata yang ada dengan cerdas dan keberanian tentara" merupakan solusi, dan Ukraina terus berupaya untuk mendapatkan sumber senjata dan amunisi baru bagi pasukan mereka.
"Kami telah memecahkan banyak masalah. Misalnya, tahun ini Ukraina akan memproduksi lebih dari satu juta kendaraan udara tak berawak untuk garis depan saja, dan ini merupakan angka yang sangat signifikan," tambahnya.
BACA JUGA:Video Kate Middleton Jalan Bersama William Hebohkan Publik Setelah Lama Menghilang
Mengenai konflik Rusia-Ukraina, Kuleba menyatakan bahwa Moskow bertujuan "menghancurkan negara mereka" dan Kiev "tidak ragu" bahwa Rusia akan terus menyerang "negara-negara lain di Eropa atau Asia Tengah" jika mereka berhasil, karena "logika ekspansionis dan ambisi yang mendorong mereka."
"Negara kami dan rakyat kami tidak pernah menginginkan perang ini. Kami tidak pernah menyerang siapa pun dan kami tidak memberikan alasan kepada siapa pun untuk menyerang kami," katanya.
Dia menegaskan bahwa rencana 10 langkah yang diusulkan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy adalah "satu-satunya rencana yang realistis" untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama 25 bulan.
BACA JUGA:Pilpres Rusia 2024: Vladimir Putin Unggul dengan Perolehan 87 Persen Suara
"Tiongkok mempunyai potensi yang sangat besar dalam mengakhiri agresi Rusia terhadap Ukraina karena hubungan khusus yang dimiliki Tiongkok dan Rusia," tambahnya.
Kuleba juga menyebut pemilihan presiden baru-baru ini di Rusia sebagai sesuatu yang "di luar kenyataan" dan menuntut Moskow untuk menjelaskan serangan baru-baru ini terhadap kilang minyak di Rusia.
"Ada konsekuensi langsung dari serangan ilegal dan tidak beralasan Rusia terhadap Ukraina. Jika (Presiden Rusia Vladimir) Putin tidak melancarkan serangan ini, ribuan warga Rusia tidak akan tewas di Ukraina dan tidak akan terjadi apa-apa di Rusia," tegasnya.*