Radar Jabar - Pergeseran jadwal penanaman padi, disebabkan oleh efek El Nino, telah menjadi salah satu faktor utama dari kekurangan pasokan beras baru-baru ini di Jawa Barat, menurut Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura (DTPH).
Dalam pandangannya, Kepala DTPH Jabar, Dadan Hidayat, menjelaskan bahwa dampak dari perubahan ini menyebabkan petani hanya dapat menanam pada bulan Desember 2023, yang kemudian berdampak pada kelangkaan beras pada bulan Januari - Februari.
"Kami masih menghadapi defisit di periode tersebut. Oleh karena itu, pada bulan Januari - Februari kemarin, kami bergantung pada tambahan pasokan beras dari Bulog untuk memenuhi kebutuhan pangan," ungkapnya dalam sebuah pertemuan di Gedung Sate Bandung pada hari Rabu (13/3) yang dikutip Radar Jabar dari laman @Jabarekspress.com.
Namun demikian, meskipun terjadi pergeseran masa tanam, Dadan menyatakan optimisme bahwa Jawa Barat akan kembali mencatatkan surplus dalam waktu dekat, mengingat periode panen yang akan datang.
"Pada bulan April, Mei, Juni, kami akan memiliki hampir lebih dari 200 ribu hektar untuk dipanen, dengan perkiraan produksi gabah kering giling sekitar 5,7 ton di Jawa Barat," tambahnya.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) telah mengeluarkan prediksi bahwa pasokan dan harga beras yang tengah naik di pasaran akan kembali normal pada bulan April 2024 mendatang.
Penjabat Gubernur Jabar, Bey Triadi Machmudin, menyatakan bahwa prediksi ini didasarkan pada perkiraan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), yang menyebutkan bahwa cuaca di Jawa Barat khususnya akan kembali normal pada bulan April mendatang.
"Diharapkan setelah April, iklim akan kembali normal dibandingkan tahun sebelumnya. Kita berharap tidak akan ada lagi El Nino. Ini artinya, kita berharap dapat melakukan panen dengan baik dan memastikan ketersediaan pangan," jelasnya dalam konferensi pers di Hotel Hilton Bandung pada Rabu (6/3) lalu (*).