RADAR JABAR - Sebelum memulai pembahasan mengenai asal-usul suku Sunda, dengan tidak mengurangi rasa hormat pada kepercayaan, legenda, cerita turun-temurun, dan mitos.
Metode pembahasan kami kali ini adalah murni berdasarkan linimasa sejarah sebaran penduduk awal Nusantara beserta ciri-ciri kehidupan mereka serta rangkuman dari beberapa sumber hasil penelitian ilmiah para ilmuwan sejarawan dan budayawan, baik itu lokal maupun internasional.
Berdasarkan linimasa sebaran awal penduduk Nusantara, Tatar Sunda yang berada di sebelah barat Pulau Jawa pertama kali dihuni oleh orang-orang Sahul pada saat kawasan ini masih berbentuk Paparan Sunda. Kemudian, secara berturut-turut, daerah Sunda didatangi lagi oleh orang Melanesia, orang Austroasiatic atau Melayu purba, orang Dravida, dan orang Austronesia atau orang Melayu kuno.
Teori Sebaran Penduduk Awal Suku Sunda
Teori proses sebaran penduduk awal wilayah Sunda ini dikuatkan dengan hasil tes DNA yang telah dilakukan oleh lembaga Eijkman beberapa waktu yang lalu. Satu hal yang cukup mengejutkan dari tes tersebut adalah ternyata orang Sunda memiliki persentase DNA Austroasiatic atau Melayu purba yang cukup besar.
Maka secara otomatis, hasil ini mematahkan teori sejarah sebelumnya yang menyatakan bahwa orang Sunda hanyalah keturunan murni Dutro Melayu atau orang Melayu kuno. Begitulah keilmuan sejarah yang bukan keilmuan pasti yang selalu dapat berubah dan berkembang setiap saat.
Sebagai pengingat, kata "Melayu" di sini adalah istilah klasifikasi ilmiah berbasis bahasa yang telah lazim digunakan dan tidak merujuk pada identitas atau gen dari etnis, suku, maupun bangsa tertentu.
BACA JUGA:5 Teori Asal-Usul Orang Jawa Berdasarkan Catatan Sejarah
Faktor percampuran berdasarkan tes DNA ini sejalan dengan kondisi geografis wilayah Jawa Barat baik saat zaman Paparan Sunda maupun zaman dimana kondisi pulau Jawa telah terbentuk seperti saat ini. Jelas terlihat bahwa pulau Jawa atau wilayah Jawa Barat merupakan salah satu jalur lintasan utama dan menjadi salah satu titik destinasi utama dari sebaran penduduk awal Nusantara.
Hal ini mengakibatkan Jawa Barat menjadi tempat titik lebur pertemuan dari berbagai macam ras atau bangsa yang datang silih berganti secara berkelanjutan.
Karena itu, tidaklah mengherankan jika para sejarawan mengatakan bahwa kebudayaan atau peradaban Sunda di Pulau Jawa berawal dari wilayah Barat atau dari kawasan Sunda, lalu secara perlahan bergeser ke arah Timur.
Teori ini dapat dibuktikan, salah satunya, dengan keberadaan situs peradaban prasejarah numpak dan yang dikendarai berusia lebih tua dari piramida Giza di Mesir, serta temuan artefak dari jejak pemukiman masyarakat bunyi di daerah Bekasi yang diperkirakan berusia lebih dari 2500 tahun.
Bahkan dalam perjalanan sejarah pulau Jawa, di wilayah Jawa Baratlah pertama kali berdirinya sistem pemerintahan yang bukan berbasis suku atau kuat, dengan keberadaan negeri Salakanagara yang turut membidani lahirnya dua kerajaan kuno Nusantara, yaitu Kerajaan Martapura di Kalimantan dan Tarumanegara di Jawa Barat.
Secara ilmiah, sampai dengan saat ini belum dapat dipastikan dari mana nama "Sunda" berasal. Begitu banyak teori yang telah mengemuka, seperti nama kepercayaan, nama gunung purba, nama negeri kuno, nama peradaban atau budaya, dan lain sebagainya, dimana masing-masing teori ini memiliki latar belakangnya sendiri-sendiri. Namun, secara ilmiah sangatlah sulit untuk dapat memastikan teori mana yang paling benar.
Di sisi lain, secara fakta, istilah atau kategorisasi kesukuan pertama kali digunakan oleh kolonial Belanda sebagai bagian dari strategi pecah-belah mereka. Belanda memecah pulau Jawa menjadi dua bagian utama, yaitu di sebelah barat Pulau Jawa disebut suku Sunda dan di bagian timur disebut sebagai suku Jawa.
Hal ini sejalan dengan catatan seorang pelaut Portugis bernama Tome Pires yang mendatangi pulau Jawa pada sekitar tahun 1513. Menurut Tome Pires, penduduk yang mendiami kawasan sebelah barat Sungai Cimanuk hingga kawasan Banten disebut sebagai orang Sunda, dan yang tinggal di sebelah timur Sungai Cimanuk disebut sebagai orang Jawa.