Jalan Rasulullah SAW dimusnahkan agar umat Islam tidak lagi mengagungkan dan memuliakan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan keturunannya. Pada tahun 1793, Muhammad bin Abdul Wahab meninggal dunia, tetapi ajaran Wahabi terus berkembang dengan dukungan dari keluarga Muhammad bin Saud, Kerajaan Inggris, dan Yahudi dinasti As-Saud.
Kelompok Wahabi terus meluaskan pengaruhnya hingga tahun 1912 dan berhasil menguasai seluruh wilayah Najd atau Arab Saudi. Wahabi yang bersekutu dengan Yahudi ini memicu revolusi Arab untuk menjatuhkan Kekaisaran Islam Utsmaniyah.
Saat pemimpin Kekaisaran Utsmaniyah diserang oleh penyakit, agenda Yahudi adalah menggantikan pemerintahan para Syarif Mekkah yang bertugas menjaga Haromain.
Yahudi menunggu agen mereka untuk masuk ke dalam masyarakat Arab. Agen ini adalah seorang saintis yang menguasai enam bahasa dunia, termasuk bahasa Arab. Yahudi memilih tokoh bangsa Arab yang ingin berkuasa, dan mereka menemukan tokoh Seri Husein, wakil Kekaisaran Utsmaniyah di Haramain.
BACA JUGA:Sejarah Pengharaman Babi Menurut Ilmu Antropologi
Yahudi berhasil menghasut dan menipu Seri Husein untuk memisahkan diri dari Kekaisaran Islam Utsmaniyah. Yahudi menaburkan semangat nasionalisme untuk melawan bangsa Turki dan pemimpin Kekaisaran Islam Utsmaniyah.
Hubungan antara Yahudi dan Syarif Husein semakin erat, bahkan putranya, Amir Faisal, menjadi sahabat dekat Yahudi tersebut. Amir Faisal sendiri beralih dan memihak kepada Inggris. Sejak saat itu, kerajaan Arab menjadi alat Inggris atas nasihat Yahudi.
Syarif Husein kemudian menerima surat rahasia dari Yahudi untuk meminta bantuan tentara Inggris dengan imbalan menjadi penguasa seluruh wilayah Arab. Dengan mudahnya, Yahudi berhasil mengatur keluarga ini untuk membagi-bagikan wilayah sesuai dengan rencana mereka sendiri.
Pada tahun 1915, Inggris mulai menduduki wilayah Irak, dan akhirnya pada tahun 1917, Inggris menguasai seluruh wilayah Palestina. Pada tahun 1918, tentara Inggris berhasil menduduki pusat pemerintahan Kekaisaran Utsmaniyah di Istanbul.
BACA JUGA:Sejarah Arti 'Land', 'Stan' dan 'Ia' Sebagai Nama Akhiran Negara di Dunia
Perjanjian antara Faisal dan Wisman ditandatangani pada 3 Januari 1919, dalam persidangan di Paris. Wisman sendiri adalah presiden Zionis terkemuka di dunia. Setelah perjanjian itu, Wisman menjadi presiden pertama negara Israel.
Irak diserahkan kepada Amir Faisal, sementara Jerusalem atau Palestina diserahkan kepada Kristen. Baitul Maqdis, di sisi lain, diserahkan kepada Yahudi pada tahun 1922 setelah Perang Dunia Pertama.
Hasil dari persidangan tersebut adalah penghapusan sistem kekhalifahan Islam, pembuangan kekhalifahan dari negara, pengambilalihan harta khalifah, dan pendirian Kerajaan Turki baru yang berdasarkan prinsip sekularisme di bawah kepemimpinan Mustafa Khamar.
Negara-negara yang dulunya menjadi jajahan Kekaisaran Utsmaniyah kemudian dikuasai oleh Inggris, Prancis, dan Italia. Imam Haromain, yang menguasai Mekah dan Madinah, digantikan setelah runtuhnya Kekaisaran Utsmaniyah.
BACA JUGA:5 Teori Asal-Usul Orang Jawa Berdasarkan Catatan Sejarah
Negara-negara kecil seperti Kuwait dan Yaman diserahkan kepada kabilah-kabilah yang dipilih oleh Yahudi, yang pada akhirnya tunduk pada kekuasaan Inggris, Prancis, dan Italia. Janji kepada Syarif Husein untuk menjadikannya penguasa seluruh Arab ternyata hanya janji kosong. Syarif Husein hanya diberi kerajaan kecil dan miskin di Yordania sebagai balasan atas pengkhianatan terhadap Islam.