RADAR JABAR – Pernahkah kita menghadapi sebuah keadaan yang bertentangan dengan apa yang diajarkan orang-orang? Seperti ini, orang-orang mengajarkan bahwa jika kita ingin menjadi kaya, kita harus menjadi orang yang irit. Tidak, sebaliknya, jika kita ingin menjadi orang kaya, kita harus menjadi orang yang hemat, tidak boleh boros.
Jujur saja, kita pasti pernah menghadapi situasi di mana kita melihat orang-orang yang irit bahkan diri kita sendiri malah semakin sedikit uangnya, tetapi saat kita agak boros, uang kita malah bertambah banyak. Mengapa hal ini terjadi? Kok aneh tapi nyata, bukan?
Sekarang, mari kita berbagi pengalaman. Pernahkah kamu mengalami situasi seperti itu? Di mana saat kamu irit, uangmu justru semakin sedikit, tetapi saat sudah tidak irit, uangmu malah semakin banyak?
Sementara kamu bercerita atau membaca cerita dari teman-temanmu di komentar, aku akan memberikan penjelasan mengapa hal ini terjadi. Dengarkanlah baik-baik. Aku punya kabar buruk dan kabar baik untukmu. Sebenarnya, kabar buruk dan kabar baik ini sama.
Apa itu? Coba perhatikan dirimu sendiri. Lihatlah di mana kamu berada saat ini, dalam kondisi apa pun. Percaya atau tidak, itu semua karena pikiran yang kita yakini di masa lalu.
Apapun yang terjadi dalam kisah hidupmu saat ini adalah hasil dari apa yang kamu yakini tentang hidupmu sendiri di masa lalu. Aku akan memberikan contoh kisah percintaan. Kalau dulu kamu berpikir negatif tentang cinta, maka kemungkinan besar kisah percintaanmu sekarang juga akan berakhir buruk seperti yang kamu pikirkan di masa lalu.
BACA JUGA:3 Fakta Ironis Sistem Pinjol dan Paylater Sebagai Perangkap Kemiskinan
Maka, jangan terlalu sering mendengarkan lagu-lagu galau atau menonton film-film yang penuh dengan kisah cinta yang patah hati serta selingkuh. Hal ini bisa membuatmu menjadi yakin bahwa cinta itu sebenarnya penuh dengan penderitaan.
Nah, sebentar, nanti saya akan memberikan solusinya, tapi saya akan menjelaskan terlebih dahulu hubungannya dengan pertanyaan kita sebelumnya. Mengapa orang yang irit uangnya malah semakin sedikit, sementara orang yang tidak irit uangnya kadang-kadang malah semakin banyak?
Jawabannya sama, kita akan menjadi seperti apa yang kita yakini. Sadarkah kamu ketika kamu irit, sebenarnya kamu sedang bersikap pelit? Bentar, kok bisa saya disebut pelit? Saya tersinggung, tidak. Ketika kita irit, sebenarnya kita bersikap pelit pada diri sendiri, terutama pada pikiran kita. Pikiran kita tidak suka dibuat susah. Ketika kita yakin bahwa diri kita susah, lama-lama kita akan benar-benar menjadi susah.
Sekarang, pikirkan saat kita terlalu irit, sadarkah bahwa kita sebenarnya takut kehilangan? Takut kehilangan apa? Takut kehilangan uang. Ketika kita takut kehilangan uang, berarti kita berpikir bahwa uang itu sedikit bagi kita. Dan saat kita yakin uang itu sedikit bagi kita, hasilnya adalah uang kita yang sudah kita irit-iritkan malah semakin sedikit, bukan semakin banyak.
Selain itu, ada yang terkesan agak boros. Perilakunya mungkin terlihat sedikit boros, namun sebenarnya di balik ketidakiritan terhadap uangnya sendiri, di alam bawah sadarnya, dia berpikir bahwa uang itu mudah mengalir kepadanya.
Ketika dia berpikir bahwa uang itu mudah mengalir kepadanya, tidak ada tekanan soal uang. Dia tidak memusuhi uang, bahkan menganggap uang sebagai sahabat karibnya. Dia merasa berlimpah karena dia meyakininya. Uangnya terus mengalir sesuai kehendak Tuhan dalam hidupnya.
Konsep Irit dan Boros dalam Agama
Pertanyaannya sekarang begini, Mas. Apakah ada kaitannya dengan ajaran agama? Ada tidakkah ajaran agama yang terkait dengan ini? Jawabannya sangatlah ada, tahu tidak? Apa benar bersedekah membuat rezeki seseorang menjadi lancar seperti itu? Jawabannya, iya, sangatlah benar.
Menapa bersedekah membuat rezeki menjadi lancar begini? Jawabannya adalah karena ketika kita bersedekah, kita berbagi. Terlepas dari ada atau tidaknya uang, kita terus berbagi. Ini baik sekali, kenapa?