Menapaki Jejak Komunitas Yahudi di Indonesia, Ada Hubungannya dengan Israel?

Senin 08-01-2024,14:52 WIB
Reporter : Wanda Novi
Editor : Wanda Novi

Sementara di Israel Yudaisme menjadi agama dominan, mencakup 74% populasi, kondisi di Indonesia jauh berbeda. Komunitas Yahudi di Indonesia mencakup penganut Islam, Kristen, serta mereka yang berpegang teguh pada Yudaisme.

Ini berbanding terbalik dengan Israel, di mana Muslim merupakan minoritas sekitar 18%. Perbedaan ini mencerminkan keragaman yang kaya dan toleransi agama yang khas di Indonesia, berbeda dengan pengalaman Yahudi di Israel.

Perbedaan Yahudi di Indonesia dan Israel

Melalui lensa sejarah dan keberagaman, terungkap perbedaan yang mencolok antara komunitas Yahudi di Indonesia dan Israel. Meskipun keduanya sama-sama beribadah di sinagoga, dinamika mereka sangat berbeda.

Dahulu, Indonesia memiliki dua sinagoga, tetapi saat ini hanya satu yang masih berdiri. Sinagoga pertama di Surabaya didirikan pada tahun 1948 dan ditutup pada tahun 2013 setelah menghadapi penentangan dari masyarakat. Hanya sinagoga Sha'ar Hashamayim di Sulawesi Utara yang masih berdiri, menjadikannya satu-satunya pusat spiritual Yahudi di negara ini.

Berawal dari rumah milik seorang Yahudi Belanda bernama Leo Elias van Beugen, bangunan ini bertransformasi menjadi sinagoga di bawah asuhan cucunya, Yakub Baru. Renovasi besar terjadi pada 23 Desember 2019 dan ditandai dengan peresmian oleh Bupati Minahasa saat itu.

Di sebelah sinagoga, terdapat Museum Holokaus yang berlokasi dekat dengan Sinagoga Sha'ar Hashamayim di Tondano. Museum ini dibuka pada 27 Januari 2022 dan lebih dari sekadar pameran; ini merupakan simbol pendidikan dan peringatan.

Meskipun menghadapi kontroversi dan penolakan dari beberapa komunitas Muslim, pemerintah Sulawesi Utara tetap mengedepankan peresmian sebagai lambang toleransi.

Tujuan Museum Holokaus bukanlah menimbulkan ketakutan atau menyalahkan, melainkan untuk mengajarkan tentang pentingnya memerangi kebencian dan rasisme. Museum ini memberikan pelajaran berharga dari sejarah Holocaust serta bertujuan mencegah terulangnya tragedi serupa di masa yang akan datang.

BACA JUGA:Sejarah Lengkap Zionisme dan Bukti Kelicikan Zionis Yahudi Merebut Tanah Palestina

Di Indonesia, populasi Yahudi, termasuk mereka yang bukan pengikut Yudaisme, diperkirakan mencapai 5.000 orang, dengan hanya sekitar 150 orang yang aktif menganut Yudaisme pada tahun 2023. Uniknya, sejumlah dari mereka telah mengadopsi agama Islam atau Kristen.

Komunitas Yahudi di Indonesia terkonsentrasi di tiga wilayah utama. Di Surabaya, sekitar 20 orang Yahudi tinggal tanpa memiliki sinagoga.

Di Sulawesi Utara, terdapat kelompok kedua terbesar dengan sekitar 30 orang umat Yahudi dari 5 keluarga di Minahasa dan Manado, melibatkan keturunan Belanda, Irak, dan beberapa konversi lokal ke Yudaisme.

Sementara itu, Jakarta menyimpan kelompok terbesar dengan sekitar 100 orang, yang juga tidak memiliki sinagoga dan mengadakan ibadah secara privat di rumah-rumah.

Interaksi komunitas Yahudi dengan agama lain di Indonesia mencerminkan toleransi dan kerjasama. Misalnya, selama Sabat yang dimulai pada hari Sabtu, mereka sering bergantung pada non-Yahudi untuk membantu persiapan pada hari tersebut.

Hal ini menunjukkan koeksistensi yang harmonis, seperti di Sulawesi Utara, di mana sinagogaa dijaga oleh orang-orang beragama lain, seperti Kristen, sebagai simbol solidaritas lintas agama. Dalam dinamika sosialnya, komunitas Yahudi di Indonesia tidak hanya mempertahankan identitas agama mereka, tetapi juga secara aktif terlibat dalam interaksi lintas agama.

BACA JUGA:Tujuan Allah Mengumpulkan Zionis Yahudi Israel di Tanah Palestina

Kategori :