Meskipun seringkali menghadapi nasib tragis, namun ada pula Nyai yang beruntung dan mendapat cinta sepenuh hati dari pasangan mereka, bahkan dinikahi secara sah. Salah satu contohnya adalah Nyi Itih dari Cimahi pada tahun 1919.
Itih dipilih sebagai gundik oleh seorang pria Belanda bernama William Walraven, seorang tentara KNIL. Mereka tinggal bersama di Banyuwangi, dan di situ lah anak pertama mereka lahir.
Pada saat itu, William sudah berusia sekitar 30 tahun, sedangkan Itih berusia sekitar 20 tahunan. Kabarnya, Nyai Itih dan anak-anaknya kemudian dibawa ke Belanda oleh suaminya.
4. Nyai Saritem
Ada pula kisah Nyai yang kontroversial yang sebagian besar hanya merupakan urban legend atau legenda dari mulut ke mulut. Salah satu kisah tersebut adalah tentang Nyai Saritem, yang dikenal juga sebagai Sari Item.
Menurut keterangan di buku "Saritem Uncensored" karya Wahyudin, Saritem merupakan sosok gadis belia dengan karakter yang mungkin berasal dari Jawa Tengah atau Yogyakarta. Dari gambar yang beredar, terlihat bahwa Saritem memiliki paras yang sangat cantik dan mempesona.
Saritem kemudian menjadi gundik seorang tentara Belanda karena pesonanya. Saat itu, tentara Belanda lainnya juga meminta Saritem untuk mencari perempuan dari daerah lain, seperti Bandung, Sumedang, dan Indramayu.
Lambat laun, fenomena gundik ini bergeser ke arah lokalisasi, di mana banyak warga yang terlibat dalam bisnis serupa, menyediakan jasa perempuan untuk berkencan. Seiring berjalannya waktu, daerah tersebut dikenal dengan nama Saritem.
Namun, budayawan Jawa Barat, Budi Dalton, menyampaikan versi berbeda. Menurutnya, Nyai Saritem sebenarnya memiliki nama asli Nyimas Ayu Permatasari. Budi menyatakan bahwa Saritem aktif berjuang untuk menyelamatkan para wanita tuna susila dari cengkraman mucikari. Nyimas Ayu Permatasari, menurut Budi, adalah istri seorang Belanda yang tinggal di daerah Kebon Tangkil di Bandung.
Dalam kisah yang Budi sampaikan, banyak pelacur yang bercurhat dan menceritakan pengalaman mereka kepada Saritem. Mereka mengungkapkan bahwa sebenarnya mereka tidak ingin bekerja di pelacuran, melainkan tertipu oleh para germo.
Nyai Saritem kemudian bertanya kepada mereka apakah mereka ingin berhenti bekerja sebagai pelacur. Tentu saja, para perempuan tersebut berkeinginan untuk keluar dari dunia malam. Saritem kemudian menggunakan berbagai cara untuk menjampe-jampe agar mereka tidak laku, sehingga akhirnya dapat dipulangkan oleh germo mereka.
5. Nyai Dasima
Ada satu lagi nama yang melegenda, bahkan dijadikan bahan film pada tahun 1929 dan di filmkan lagi pada tahun 1932, yaitu Nyai Dasima. Nama perempuan ini tetap terkenang hingga tahun 1970.
BACA JUGA:10 Ide Lomba untuk Merayakan Hari Kemerdekaan 17 Agustus, Seru dan Anti Mainstream!
Kisah Nyai Dasima diangkat ke layar lebar dengan judul "Samiun dan Dasima," dibintangi oleh Citra Dewi dan WD Muchtar pada tahun 1995. Pada era yang lebih modern, tepatnya tahun 1995, sebuah sinetron drama berjudul "Idashima," yang diperankan oleh Cute, juga sukses menyedot perhatian masyarakat.
Namun, siapakah sebenarnya Nyai Dasima ini? Nyai Dasima adalah tokoh yang hidup di antara fakta dan fiksi, di mana sebagian orang menganggapnya benar-benar nyata, sementara yang lain meragukannya.
Dikutip dari buku "Kisah-kisah Edan Seputar Jakarta Tempo Dulu" karya Zainudin Hm, Nyai Dasima lahir di Desa Kuripan, Bogor, Jawa Barat. Ketika besar, dia mengadu nasib ke Batavia.
Di Batavia, Nyai Dasima bekerja untuk seorang pria Inggris kaya raya bernama Edward William. Lelaki ini adalah orang kepercayaan Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles. Pesona kecantikannya membuat Edward jatuh cinta dan Nyai Dasima pun dijadikan gundik. Awalnya, mereka tinggal di Curug, Tangerang, lalu pindah ke kawasan Gambir di Batavia.